Friday, 25 November 2016

HARI SANTRI

Sumber Gambar: myjewishclipart.com

SANTRI UNTUK NKRI
Oleh: Tatang Turhamun

Hari santri merupakan hari dimana peran besar para ulama (kiai) dan juga santri dalam membela bangsanya, diperingati oleh warga negaranya yang memiliki peran sebagai santri. Peran mereka dalam memperjuangkan bangsanya sungguh begitu besar, mereka ikut merebut Indonesia, membangun dan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Menengok sejarah 71 tahun lalu, tanggal 21-22 Oktober 1945 perang kemeerdekaan Indonesia yang dipimpin langsung oleh Rois Akbar NU Hadrotus Syekh KH. Hasyim Asy’ari yang populer dengan istilah Resolusi Jihad, menjadi pembicaraan hangat kaum santri dan pemuda-pemuda saat ini. Perjuangan wakil-wakil dari cabang NU di seluruh Jawa dan Madura berkumpul disurabaya, tepatnya 10 November 1945, terjadilah perang sengit antara pasukan Inggris melawan para pahlawan pribumi yang siap mengorbankan bangsanya dan gugur sebagai syahid. Perang tersebut merupakan perang terbesar sepanjang sejarah Nusantara. Berkat perjuangan keras para santri-santri inggris bisa dikalahkan dengan tempo waktu selama tiga minggu.
Resolusi Jihad NU merupakan salah satu bukti umat Islam Indonesia selalu menjadi barisan terdepan dalam menjaga kedaulatan NKRI. Dengan hal ini semangat umat Islam semakin menggebu-gebu untuk berperang mengalahkan penjajah, disisi lain mereka juga merindukan masti syahid yang sudah dijanjikan surga oleh Allah SWT.
Dengan berbagai pertimbangan pemerintah, 22 Oktober ditetapkan sebagai Hari Santri Nasional. Hari Santri ditetapkan melalui Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2015. Seperti yang dilangir oleh liputan6.com Jokowi mengatakan para santri telah mengorbankan hidupnya demi bangsa Indonesia "Sejarah mencatat, para santri telah mewakafkan hidupnya untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia dan mewujudkan cita-cita kemerdekaan tersebut," ucap Jokowi di lokasi, Jakarta, Kamis (22/10/2015). 
Peperangan antara para kiai dan kaum santri dalam melawan penjajahan dari negara asing, menjadi pendidikan atau ajaran yang sangat penting bagi kaum santri maupun pemuda bangsa Indonesia, untuk melihat betapa besar perjuangan mereka dalam membela negaranya. Jika dikaitkan dengan radikalisme yang ada di Indonesia, bahwasanya pepeperangan yang seperti ini juga menjadi tantangan bagi kaum-kaum santri, karena banyak sekali radikalisme yang ada di Indonesia.
Sebagaimana hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI), dari total 1.520 responden sebanyak 59,9 persen memiliki kelompok yang dibenci.Kelompok yang dibenci meliputi mereka yang berlatarbelakang Agama nonmuslim, kelompok tionghoa, komunis, dan selainnya. Dari jumlah 59,9 persen itu, sebanyak 92,2 persen tak setuju bila anggota kelompok yang mereka benci menjadi pejabat pemerintah di Indonesia. Sebanyak 82,4 persennya bahkan tak rela anggota kelompok yang dibenci itu menjadi tetangga mereka.
Dari sisi radikalisme sebanyak 72 persen umat Islam Indonesia menolak untuk berbuat radikal seperti melakukan penyerangan terhadap rumah ibadah pemeluk agama lain atau melakukan sweeping tempat yang dianggap bertentangan dengan syariat Islam. Sebanyak 7,7 persen yang bersedia melakukan tindakan radikal bila ada kesempatan dan sebanyak 0,4 persen justru pernah melakukan tindakan radikal. Namun Yenny mengingatkan meski hanya sebesar 7,7 persen, persentase tersebut cukup mengkhawatirkan. Sebab persentase tersebut menjadi proyeksi dari 150 juta umat Islam Indonesia. Artinya jika diproyeksikan, terdapat sekitar 11 juta umat Islam Indonesia yang bersedia bertindak radikal.
Melihat kondisi saat ini, banyaknya radikalisme yang terjadi di Indonesia harus diminimalisir sebaik mungkin. Peran para santri dan pemuda-pemudi Indonesia sangatlah penting untuk menjaga keutuhan NKRI, karena pemuda merupakan generasi penentu masa depan bangsa. Maka dari itu setiap pemuda Indonesia baik yang masih berstatus pelajar, mahasiswa ataupun yang sudah menyelesaikan pendidikannya sangat diandalkan oleh Bangsa Indonesia.


0 komentar:

Post a Comment