Sumber Gambar: myjewishclipart.com
SANTRI UNTUK
NKRI
Oleh: Tatang Turhamun
Hari
santri merupakan hari dimana peran besar para ulama (kiai) dan juga santri
dalam membela bangsanya, diperingati oleh warga negaranya yang memiliki peran
sebagai santri. Peran mereka dalam memperjuangkan bangsanya sungguh begitu
besar, mereka ikut merebut Indonesia, membangun dan mempertahankan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Menengok
sejarah 71 tahun lalu, tanggal 21-22 Oktober 1945 perang kemeerdekaan Indonesia
yang dipimpin langsung oleh Rois Akbar NU Hadrotus Syekh KH. Hasyim Asy’ari yang
populer dengan istilah Resolusi Jihad, menjadi pembicaraan hangat kaum santri
dan pemuda-pemuda saat ini. Perjuangan wakil-wakil dari cabang NU di seluruh
Jawa dan Madura berkumpul disurabaya, tepatnya 10 November 1945, terjadilah
perang sengit antara pasukan Inggris melawan para pahlawan pribumi yang siap
mengorbankan bangsanya dan gugur sebagai syahid. Perang tersebut merupakan
perang terbesar sepanjang sejarah Nusantara. Berkat perjuangan keras para
santri-santri inggris bisa dikalahkan dengan tempo waktu selama tiga minggu.
Resolusi
Jihad NU merupakan salah satu bukti umat Islam Indonesia selalu menjadi barisan
terdepan dalam menjaga kedaulatan NKRI. Dengan hal ini semangat umat Islam
semakin menggebu-gebu untuk berperang mengalahkan penjajah, disisi lain mereka
juga merindukan masti syahid yang sudah dijanjikan surga oleh Allah SWT.
Dengan
berbagai pertimbangan pemerintah, 22 Oktober ditetapkan sebagai Hari Santri
Nasional. Hari Santri ditetapkan
melalui Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2015. Seperti yang dilangir oleh
liputan6.com Jokowi mengatakan para santri telah mengorbankan hidupnya demi
bangsa Indonesia "Sejarah mencatat, para santri telah mewakafkan hidupnya
untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia dan mewujudkan cita-cita kemerdekaan
tersebut," ucap Jokowi di lokasi, Jakarta, Kamis (22/10/2015).
Peperangan
antara para kiai dan kaum santri dalam melawan penjajahan dari negara asing,
menjadi pendidikan atau ajaran yang sangat penting bagi kaum santri maupun
pemuda bangsa Indonesia, untuk melihat betapa besar perjuangan mereka dalam
membela negaranya. Jika dikaitkan dengan radikalisme yang ada di Indonesia,
bahwasanya pepeperangan yang seperti ini juga menjadi tantangan bagi kaum-kaum
santri, karena banyak sekali radikalisme yang ada di Indonesia.
Sebagaimana
hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI), dari
total 1.520 responden sebanyak 59,9 persen memiliki kelompok yang
dibenci.Kelompok yang dibenci meliputi mereka yang berlatarbelakang Agama
nonmuslim, kelompok tionghoa, komunis, dan selainnya. Dari jumlah 59,9 persen
itu, sebanyak 92,2 persen tak setuju bila anggota kelompok yang mereka benci
menjadi pejabat pemerintah di Indonesia. Sebanyak 82,4 persennya bahkan tak
rela anggota kelompok yang dibenci itu menjadi tetangga mereka.
Dari
sisi radikalisme sebanyak 72 persen umat Islam Indonesia menolak untuk berbuat
radikal seperti melakukan penyerangan terhadap rumah ibadah pemeluk agama lain
atau melakukan sweeping tempat yang dianggap bertentangan dengan syariat Islam.
Sebanyak 7,7 persen yang bersedia melakukan tindakan radikal bila ada
kesempatan dan sebanyak 0,4 persen justru pernah melakukan tindakan radikal.
Namun Yenny mengingatkan meski hanya sebesar 7,7 persen, persentase tersebut
cukup mengkhawatirkan. Sebab persentase tersebut menjadi proyeksi dari 150 juta
umat Islam Indonesia. Artinya jika diproyeksikan, terdapat sekitar 11 juta umat
Islam Indonesia yang bersedia bertindak radikal.
Melihat
kondisi saat ini, banyaknya radikalisme yang terjadi di Indonesia harus
diminimalisir sebaik mungkin. Peran para santri dan pemuda-pemudi Indonesia
sangatlah penting untuk menjaga keutuhan NKRI, karena
pemuda merupakan generasi penentu masa depan bangsa. Maka dari itu setiap
pemuda Indonesia baik yang masih berstatus pelajar, mahasiswa ataupun yang
sudah menyelesaikan pendidikannya sangat diandalkan oleh Bangsa Indonesia.
0 komentar:
Post a Comment