Monday, 30 May 2016

LAPORAN KERAJINAN TANGAN TENUN SONGKET SUKARARE, BANK BRI SYARIAH CABANG DENPASAR, OBYEK WIRAUSAHA DEWATA BALI




LAPORAN KERAJINAN TANGAN TENUN SONGKET SUKARARE, BANK BRI SYARIAH CABANG DENPASAR, OBYEK WIRAUSAHA DEWATA BALI
KULIAH KERJA LAPANGAN (KKL)
JURUSAN D3 PERBANKAN SYARI’AH
TAHUN AKADEMIK 2015/2016

Disusun Oleh:
Nama   : Tatang Turhamun
NIM    : 1405015198
Pembimbing:
Nama   : H. Dede Rodin, M. Ag.
NIP     : 19720416200112100


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI WALISONGO
SEMARANG
2015




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Eksistensi lembaga UIN Walisongo di tengah-tengah masyarakat mempunyai posisi yang cukup strategis dalam rangka ikut membangun masyarakat, terutama dalam masalah moral dan keagamaan. Kiprah UIN Walisongo secara kelembagaan dalam sejarah diwujudkan dengan cara partisipasi aktif dalam segala aktifitas dan sendi kehidupan. Para alumni yang merupakan out put dari lembaga ini tersebar di departemen-departemen dan lembaga-lembaga pemerintah maupun non pemerintah. Sudah barang tentu dalam menjalankan fungsinya, mereka tidak akan lepas dari misi dan latar belakang keilmuan yang dimiliki.
Pendidikan adalah usaha untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampila yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Dalam undang-undang pendidikan nasional dijelaskan bahwa pendidikan yang di selenggarakan di Indonesia memiliki tujuan untuk mencerdaskan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya.
UIN Walisongo merupakan perguruan tinggi yang berlandaskan ajaran Islam dan mempunyai tugas penting untuk mendidik mencetak generasi yang profesional dan sadar betul dengan norma agama. Oleh karenanya fakultas harus memberika bekal bagi mahasiswa dengan rasa percaya diri agar mampu bersaing dalam dunia kerja. Salah satu sarana untuk mewujudkan keterampilan dan pengalaman tersebut adalah dengan dilaksanakannya Kuliah Kerja Lapangan (KKL).
Sebagai gambaran yang jelas mengenai Kuliah Kerja Lapangan (KKL), telah diatur melalui Surat Keputusan Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Walisongo Semarang dengan No.IN/12/f.2/PP.00.9/928.1/2001 tanggal 17 September 2001, maka diselenggarakan praktikum dalam bentuk KKL sebagai penerapan suatu ilmu tertentu baik latihan, penelitian maupun tugas-tugas lain sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari pelaksanaan kurikulum Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam.



B.     Tujuan dan Manfaat KKL
Tujuan secara umum adalah Kuliah Kerja Lapangan ini diharapkan dapat memperluas wawasan mahasiswa dan memberikan pengalaman nyata kepada Mahasiswa serta memperdalam kembali mengenai ilmu yang diperoleh secara teori oleh Mahasiswa selama di bangku kuliah. Selain itu KKL juga diharapkan dapat menjalin koneksi yang lebih erat antara Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Walisongo Semarang dengan instansi yang terkait dalam KKL terutama sebagai rujukan utama dalam pendalaman ilmu dan kerjasama di bidang lainnya.
Secara spesifik, pelaksanaan KKL setiap jurusan di lingkungan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam dimaksudkan untuk:
1.      Memberikan gambaran secara langsung tentang praktek oerasional suatu institusi/perusahaan perbankan.
2.      Memperkaya wawasan yag berkaitan langsung dengan prodi masing-maing dalam rangka meningkatkan kemampuan dan keahlian para mahasiswa.
3.      Membeikan pengetahuan secara langsung tentang sejarah institusi/perusahaan, masalah serta solusi yang mereka lakukan.
4.      Memberikan pengalaman kepada mahasiswa praktik pengelolaan kelembagaan sesuai  program studi masing-masing yang diikuti.
Fungsi dari KKL seperti di atas adalah sebagaimana tercantum dalam pola dasar KKL yaitu:
1.      Penerapan yang terntegrasi antara teori yang diperoleh dibangku kuliah dengan pengalaman praktis yang didapat di lapangan.
2.      Mengetahui secara langsung profil perusahaan, fisik bangunan, serta mekanisme kerja perusahaan baik dari sisi manajemen operasional, SDM, keuangan, dan pemasaran.
3.      Mengembangkan daya keilmuan mahasiswa di lingkungan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam sesuai disiplin ilmu yang digeluti di setiap jurusan.





BAB II
LANDASAN TEORI

A.    Kerajinan Tangan Tenun Songket
Songket adalah jenis tenunan tradisional di Indonesia, dan disolongkan dalam keluarga tenunan brokat. Songket ditenun dengan tangan dengan benang emas dan perak. Pada umumnya dikenakan pada acara-acara resmi. Benang logam metalik yang tertenun berlatar kain menimbulkan efek kemilau cemerlang.
Kata songket berasal dari istilaj sungkit dalam bahasa Melayu dan bahasa Indonesia, yang berarti “mengait” atau “mencungkil”. Hal ini berkaitan dengan meto pembuatannya, mengaitkan dan mengambil sejumpit kain tenun dan kemudian menyelipkan benang emas. Istilah menyongket berarti menenun dengan benang emas dan perak. Songket adalah kain tenun mewah yang biasanya dikenakan saat kenduri (perayaan/pesta). Kain songket dapat dikenakan melilit tubuh seperti sarung, disampirkan di bahu, atau sebagai tanjak (dester), hiasan ikat kepala. Tanjak adalah semacam topi hiasan kepala yang terbuat dari kain songket yang lazim dipakai oleh sultan dan pangeran serta bangsawan Kesultanan Melayu. Menurut tradisi kain songket hanya boleh ditenun oleh anak dara atau gadis remaja, akan tetapi kini kaum lelaki pun turut menenun songket.
Motif
Songket memiliki motif-motif tradisional yang sudah merupakan ciri khas budaya wilayah penghasil kerajinan ini. Misalnya motif Saik Kalamai, Buah Palo, Barantai Putiah, Barantai Merah, Tampuak Manggih, Salapah, Kunang-kunang, Api-api, Cukie Baserak, Sirangkak, Silala Rabah, dan Simasam adalah khas songket Pandai Sikek, Minangkabau. Beberapa pemerintah daerah telah mempatenkan motif songket tradisional.
Dilihat dari bahan, cara pembuatan, dan harganya; songket semula adalah kain mewah para bangsawan yang menujukkan kemuliaan derajat dan martabat pemakainya. Akan tetapi kini songket tidak hanya dimaksudkan untuk golongan masyarakat kaya dan berada semata, karena harganya yang bervariasi; dari yang biasa dan terbilang murah, hingga yang eksklusif dengan harga yang sangat mahal.
Sejak dahulu kala hingga sekarang, songket merupakan pilihan utama untuk busana adat perkawinan Melayu, Palembang, Minangkabau, Aceh dan Bali. Kain ini sering diberikan oleh pengantin laki-laki kepada pengantin wanita sebagai salah satu hantaran persembahan perkawinan. Pada masa kini, busana resmi laki-laki Melayu pun kerap mengenakan songket sebagai kain yang dililitkan di atas celana panjang atau menjadi destar, tanjak, atau ikat kepala. Sedangkan untuk kaum perempuannya songket dililitkan sebagai kain sarung yang dipadu-padankan dengan kebaya atau baju kurung.
Meskipun berasal dari kerajinan tradisional, industri songket merupakan kerajinan yang terus hidup dan dinamis. Para pengrajin songket terutama di Palembang kini berusaha menciptakan motif-motif baru yang lebih modern dan pilihan warna-warna yang lebih lembut. Hal ini sebagai upaya agar songket senantiasa mengikuti zaman dan digemari masyarakat. Sebagai benda seni, songket pun sering dibingkai dan dijadikan penghias ruangan. Penerapan kain songket secara modern amat beraneka ragam, mulai dari tas wanita, peci, bahkan kantung ponsel.
Pusat kerajinan tangan tenun songket di Indonesia,  dapat ditemukan di Sumatera, Kalimantan, Bali, Sulawesi, Lombok dan Sumbawa. Di pulau Sumatera pusat kerajinan songket yang termahsyur dan unggul adalah di daerah Pandai Sikek dan Silungkang, Minangkabau, Sumatera Barat, serta di Palembang, Sumatera Selatan. Di Bali, desa pengrajin tenun songket dapat ditemukan di kabupaten Klungkung, khususnya di desa Sidemen dan Gelgel. Sementara di Lombok, desa Sukarara di kecamatan Jonggat, kabupaten Lombok Tengah, juga terkenal akan kerajinan songketnya.

B.     Pengertian, Fungsi, dan Tujuan Perbankan Syari’ah
Bank Syari’ah merupakan bank yang kegiatannya mengacu pada hukum Islam dan dalam kegiatannya tidak membebankan bunga maupun tidak membayar bunga kepada nasabah. Imbalan bank syari’ah yang diterima maupun yang dibayarkan pada nasabah tergantung dari akad dan perjanjian yang dilakukan oleh pihak nasabah dan pihak bank. Perjanjian (akad) yang terdapat di perbankan syari’ah harus tunduk pada syarat dan rukun akad sebagi mana diatur dalam syariat Islam.

Fungsi Bank Syari’ah
a.       Fungsi dan peran bank syari’ah yang di antaranya tercantum dalam pembukaan standar akuntansi yang di keluarkan oleh AAOIFI (Accounting and Auditing Menejer Investasi, bank syariah dapat mengelola investasi dana nasabah.
b.      Investor, bank syari’ah Islam menginvestasikan dana yang dimilikinya maupun dana nasabah yang dipercayakan kepadanya.
c.       Penyebab jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran, bank syari’ah dapat melakukkan kegiatan-kegiatan jasa-jasa layanan perbankan sebagaimana lazimnya.
d.      Pelaksanaan kegiatan sosial, sebagai ciri yang melekat pada entitas keuangan syari’ah bank Islam juga memiliki kewajiban untuk mengeluarkan dan mengelola (menghimpun, mengadministrasikan, mendistribusikan) zakat serta dana-dana sosial lainnya.

Tujuan Bank Syari’ah
a.       Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk bermualamalat secara Islam, khususnya muamalat yang berhubungan dengan perbankan, agar terhindar dari praktek-praktek riba atau jenis- jenis usaha / perdagangan lain yang mengandung unsur gharar (tipuan) dimana jenis usaha tersebut selain di larang dalam Islam, juga telah menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan ekonomi rakyat.
b.      Untuk menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi dengan jalan meratakan pendapatan melalui kegiatan investasi, agar tidak terjadi kesenjangan yang amat besar antara pemilik modal dengan pihak membutuhkan dana.
c.       Untuk meningkatkan kualitas hidup umat dengan jalan membuka peluang berusaha yang lebih besar terutama kelompok miskin, yang di arahkan kepada kegiatan usaha yang produktif, menuju terciptanya kemandirian usaha.
d.      Untuk menaggulangi masalah kemiskinan, yang pada umumnya merupakan program utama dari Negara-negara yang sedang berkembang. Upaya bank syariah di dalam mengentaskan kemiskinan ini berupa pembinaan nasabah yang lebih menonjol kebersamaannya dari siklus usaha yang lengkap seperti program pembinaan pengusaha produsen, pembinaan pedagang perantara, program pembinaan konsumen, program pengembangan moda kerja, dan  program pengembangan usaha bersama.
e.       Untuk menjaga stabilitas ekonomi dan moneter. Dengan aktivitas bank syariah akan mampu menghindari pemanasan ekonomi di akibatkan adanaya inflasi, menghindari persaiangan yang tidak sehat antara lembaga keuangan.
f.       Untuk menyalamatkan ketergantungan umat Islam terhadap bank non-syariah.

C.    Pengertian, Fungsi dan Tujuan Wirausaha
Wirausaha adalah orang yang menjalankan usaha atau perusahaan dengan kemungkinan untung atau rugi. Oleh karena itu wirausaha perlu memiliki kesiapan mental, baik untuk menghadapai keadaan merugi maupun untung besar. Sehingga seorang wirausaha harus mempunyai karakteristik khusus yang melekat pada diri seorang wirausaha seperti percaya diri, mempunyai banyak minat, mempunyai ambisi, berjiwa penjajah, suka mencoba sesuatu hal.

Fungsi adanya Wirausaha adalah:
a.    Mengusahakan inovasi-inovasi baru
b.    Membuka pasaran baru
c.    Memasuki usaha-usaha baru yang belum pernah dicoba oleh orang lain
d.   Memulai produksi jenis barang dan jasa baru.

Tujuan Kewirausahaan yaitu:
a.    Meningkatkan jumlah wirausaha yang berkualitas
b.    Mewujudkan kemampuan dan kemampuan
c.    Membudayakan semangat, sikap, perilaku, dan kemampuan kewirausahaan di kalangan masyarakat yang mampu, andal dan unggul.
d.   Menumbuh kembangkan kesadaran dan orientasi kewirausahaan yang tangguh dan kuat terhadap masyarakat.
e.    Agar masyarakat lebih mengenal juga dunia berwirausaha dan bagaimana cara berwirausaha yang benar.
f.     Memilih juga wirausaha yang berkualitas
g.    Menjadikan atau mampu juga untuk mendidik setiap masyarakat agar lebih didiplin, berani mengambil resiko dan tentunya pasti agar mereka bisa lebih bertanggung jawab.

BAB III
PELAKSANAAN
Pelaksanaan kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) merupakan kegiatan formal yang bermanfaat bagi mahasiswa. Dalam pelaksanaannya memiliki tiga kegiatan pokok yang harus dilaksanakan. Kegiatan pertama dimulai dengan pembekalan KKL berupa pemberian materi-materi dan pengarahan. Kedua, dilanjutkan dengan kegiatan pelaksanaan KKL, kegiatan ini dilaksanakan di beberapa tempat, sesuai dengan fokus studi mahasiswa. Kegiatan terakhir adalah kewajiban penyusunan laporan KKL sebagai bukti atau hasil yang diperoleh oleh mahasiswa selama mengikuti kegiatan tersebut.
A.    Pembekalan KKL
Hari, Tanggal        : Jum’at, 16 Oktober 2015
Waktu                   : 13.00 s/d 16.00
Tempat                  : Aula I Kampus 1 UIN Walisongo Semarang
Acara                     : Pembekalan KKL Mahasiswa D3 Perbankan Syari’ah

Kegiatan pembekalan KKL semester gasal tahun 2015 dilaksanakan pada hari Jum’at, 16 Oktober 2015. Kegiatan yang dilaksanakan di Auditorium I kampus 1 UIN Walisongo ini dimulai jam 13:00 WIB dengan jumlah peserta 210 mahasiswa prodi D3 Perbankan Syari’ah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam. Sebanyak 182 mahasiwa melaksanakan KKL di dalam negeri (Bali dan Lombok) dan 28 di antaranya melaksanakan KKL ke luar negeri.
Pelaksanaan kegiatan pembekalan ini bertujuan untuk memberikan gambaran dan pengetahuan tambahan kepada peserta KKL, dengan hsrapan mahasiswa memiliki bekal ketika melaksanakan kegiatan tersebut. Selain itu, pembekalan juga memberikan informasi tata tertib dan ketentuan yang harus dilakukan semua peserta KKL. Adapun beberapa tempat tujuan yang akan di kunjungi peserta adalah Pengrajin Tenun Songket Sukarare Lombok, Bank BRI Syariah cabang Denpasar Bali, dan Wirausaha Dewata Bali.




B.     Pelaksanaan KKL di Pengrajin Kain Tenun Songket Sukarare
Hari, Tanggal        : Rabu, 21 Oktober 2015
Waktu                   : 09.00 s/d 10.30
Tempat                  : Pengrajin Tenun Songket Sukarare
Acara                    : Pengenalan pembuiatan kain songket dan juga proses pembuatannya.
Perjalanan dari hotel ke pengrajin kain songket desa sukarare membutuhkan waktu kurang lebih 45 menit. Kunjungan pertama dibagi menjadi lima kelompok dan dipandu oleh pemandu wisatanya masing-masing (gaet). Pemandu Wisata menjelaskan bagaimana pengrajin tenun songket membuat suatu kain yang membutuhkan waktu yang cukup lama. Selain itu, Pemandu Wisata menjelaskan satu persatu alat-alat ang digunakan penenun tersebut dan juga langkah-langkah dalam membuat kain di paparkan gaet dengan saksam. Warga Desa Sukarare menampun semua hasil tenunannya di suatu Koperasi yang bernama “Tenun Sukarare Cooverative”.
Bahan baku yang mereka gunakan adalah benang katun, serat pisang, serat kayu, sutera, sutera emas dan benang sutera perak. Sedangkan untuk bahan pewarna yang mereka gunakan adalah dari bahan pewarna alami. Seperti warna coklat kemerahan dari pohon mahoni, warna coklat muda dari batang jati, warna coklat tanah dari biji asam, warna coklat tua dari batang pisang busuk, dan warna ungu dari kulit manggis dan anggur. Uniknya di Desa tersebut yang dibolehkan untuk menenun hanyalah kaum perempuan saja. Karena mitosnya, apabila kaum laki-laki yang melakukan pekerjaan tersebut akan mandul.

C.    Pelaksanaan KKL di Bank BRI Syari’ah Cabang Denpasar
Hari, Tanggal        : Kamis, 22 Oktober 2015
Waktu                   : 09.00 s/d 10.30
Tempat                  : Wirausaha Dewata Bali
Acara                    : Pengenalan Bank BRI Syariah Cabang Denpasar Bali dan sejarah berkembangnya Bank Syariah, tanya jawab, dan penyerahan kenang-kenangan dari UIN Walisongo Semarang.
Narasumber           : Moch Machbub Sanjaya
Perjalanan dari Hotel menuju lokasi KKL yang kedua langsung menuju Bank Syariah Cabang Denpasar Bali. Berhubung tempat Bank Syariah kurang memungkinkan memuat semua peserta KKL, maka Bank BRI Syariah memutuskan untuk menggunakan tempat di wirausaha Dewata Bali. Acara dimulai dengan perkenalan dari Moch Machbub Sanjaya selaku Pimpinan Bank BRI Syari’ah Cabang Denpasar dan di moderatori oleh Drs. H. Wahab Zaenuri, M.M selaku Wakil Dekan II Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Walisongo.
Moch Machbub Sanjaya mengawali materi dengan menjelaskan sejarah perkembangan Bank Syariah di Bali, kemudian dilanjutkan dengan perkembangan BRI Syari’ah, perkembangan jaringan, aset, pembiayaan, dana, produk-produk, pembiayaan BRI Syari’ah, nasabah tabungan, nasabah pembiayaan, karyawan, serta tantangan dan peluang Perbankan Syariah di Denpasar Bali.

Sejarah Singkat Bank Bri Syariah Cabang Denpasar Bali
Perkembangan Bank BRI Syari’ah di Denpasar Bali mengalami perkembangan yang sangat pesat. Sejak kelahiranya tahun 1895 hingga tahun 2014, BRI Syari’ah telah mendirikan empat cabang diantaranya:
·         Tahun 2002 di dirikan Unit Usaha Syariah PT BRI (Persero Tbk)
·         Tahun 2008 PT BRI Mengakuisi PT Bank Jasa Arta dikonversi Menjadi Bank Syariah BRI
·         Tahun 2009 dilakukan Merger UUS BRI dengan Bank Syariah BRI menjadi Bank BRI Syariah
·         Tahun 2014 Bank BRI Syariah telah memiliki lebih dari 200 Unit Kerja baik Kantor Cabang, Kantor Cabang Pembantu, Kantor Kas dan Outlet Mikro






D.    Pelaksanaan KKL di Obyek Wirausaha Dewata Bali
Hari, Tanggal        : Kamis, 22 Oktober 2015
Waktu                   : 10.30 s/d 12.00
Tempat                  : Pusat Oleh-oleh Dewata Bali
Acara                    : Pengenalan perusahaan, memberikan tips dan kiat-kiat usaha oleh Owner Dewata dan menyaksikan proses pembuatan Baju, sovenir dan Pie Susu.
Narasumber           : Agung Darmayuda
Setelah penyampaian materi dari Pimpinan Bank BRI Syari’ah selesai, peserta diperkenalkan dengan pemateri dari yang ke dua yaitu Agung Darmayuda selaku Owner Wirausaha Dewata. Dalam sesi ini, Agung berbagi pengalaman dan kiat-kiat usahanya kepada peserta KKL. Materi kali ini di moderatori oleh H. Dede Rodin M. Ag. salah satu Dosen Pembimbing peserta KKL D3 Perbankan Syari’ah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Walisongo. Setelah penyampaian materi selama 90 menit, peserta diajak melihat langsung proses pembuatan Kaos, sovenir dan Pai Susu.
Agung Darmayuda berbagi pengalamannya dengan peserta KKL, terlahir dari keluarga yang kurang mampu yang mempunyai kesepakatan untuk memperbaiki hidupnya bersama istrinya. Ia berpikiran bahwasanya rumah itu bukanlah hanya sebagai tempat menerima tamu saja, tetapi bisa dimanfaatkan untuk berwirausaha. Dalam dunia wirausaha, untuk membuka link yang besar tentunya harus mempunyai kepercayaan dan komitmen yang kuat. Hal ini bertujuan, agar anatara pelaku bisnis bisa saling terus berkesinambungan dan ada timbal balik untuk tiap perusahaan yang melakukan kerjasama tersebut.
Dewata Bali menjual souvenir dengan memberikan kenyamanan bagi pengunjung untuk membeli oleh-oleh dengan memprioritaskan kualitas yang bagus tapi harga murah. Produksi kaos dari menjual kain, menjahit, menyablon, dan membordir dilakukan sendiri. Harapan Dewata Bali agar selalu menyenangkan konsumen dengan menjual harga murah tetapi berkualitas. Harga murah dan terjangkau untuk semua kalangan dan ingin pengunjung dapat membeli oleh-oleh dengan uang secukupnya serta mendapatkan barang yang lebih banyak.

BAB IV
ANALISIS
A.    Kerajinan Tangan Tenun Songket Sukarare dan Analisisnya
1.      Latar Belakang
Desa Sukarare merupakan suatu desa kecil yang menjadi salah satu pusat kerajian tenun tradisional atau songket yang terletak di Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Nusa Tenggara Barat. Desa sukarara banyak dikunjungi wisatawan dari berbagai negara dan menjadi tempat jual-beli atau oleh-oleh bagi wisatawan yang berkunjung ke desa tersebut. Lokasi Desa Sukarare ini sekitar 25 Km dari kota Mataram atau sekitar 30 menit perjalanan. Penduduk perempuan yang ada di Desa Sukarare, mayoritas bekerja sebagai penenun songket. Untuk menjaga dan melestarikan budaya dan tenun tradisional yang diwarisi nenek moyang mereka, para perempuan di Desa Sukarare ini diwajibkan untuk belajar menenun bahkan sejak masih usia anak-anak. Para orang tua mereka mewariskannya dan mengajarkanyya kepada anak-anak kurang lebih mulai umur 9 tahun atau sedang menginjak bangku perkuliahan kelas 3 SD.
Sukarare ini memiliki ciri khas tersendiri dengan motif yang berbeda dengan kain-kain tenun lainnya yang ada di Indonesia. Tangan-tagan perempuan yang sangat terampil dan menghasilkan hasil karya kain tenun yang bagus dan artistik yang memiliki desain ekslusif. Dengan ciri khas khusus dan desain tradisional yang menggambarkan gaya hidup kuno pulau Lombok dengan motif rumah adat dan lumbung serta motif tokek, masih mereka pertahankan hingga saat ini. Walaupun hanya dengan menggunakan alat tenun tradisional yang sangat sederhana, namun hasil tenun dari Desa Sukarara ini memiliki kualitas yang baik dan mengagumkan.
Bahan baku yang mereka gunakan adalah benang katun, serat pisang, serat kayu, sutera, sutera emas dan benang sutera perak. Sedangkan untuk bahan pewarna yang mereka gunakan adalah dari bahan pewarna alami. Seperti warna coklat kemerahan dari pohon mahoni, warna coklat muda dari batang jati, warna coklat tanah dari biji asam, warna coklat tua dari batang pisang busuk, dan warna ungu dari kulit manggis dan anggur.
Dalam pembuatan kain songket memerlukan waktu yang cukup lama, kurang lebih 3 bulan waktu pengerjaan dengan mendapatkan 3 cm dengan lebar kurang lebih 1 m per hari. Tingkat kesulitan motif yang mereka tentukan dalam menenun kain tersebut menjadi faktor utama yang menjadikan harga kain tersebut memiliki harga yang lumayan mahal.
Adapun jenis-jenis motif yang biasa dibuat oleh warga desa sukararere diantaranya adalah:
1.        Subhanale (Subhanallah)
2.        Keker (Merak)
3.        Kecubung
4.        Krital
5.        Cungkit
6.        Petak
7.        Rang-rang
8.        Kedie
9.        Enggok
10.    Wayang

2.      Analisis
Pelaksanaan KKL di kerajinan tangan tenun songket sudah bagus dan juga dilanjutkan kunjungan ke koperasi dimana kain-kain yag dibuat oleh warga desa sukarare diijual. Kita mengetahui bagaimana cara memproduksi suatu produk (kain) untuk di jadikan bahan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, namun yang sangatdisayagkan bagaimana kperasi yang berada di desa suarare “Sukarare Tenun Cooverative” kurang begitu terstruktur cara pendistribusianya. Dengan hanya mengandalkan tempat, mereka mengupulkan kain-kain hasil songket dan menunggu wisatawan dari mancanegara yang membeli di koperasi tersebut. alangah lebih baiknya jika koperasi tersebut lebih diekemas dan dikembangkan lagi agar pendistribusian kain tersebut bisa lebih rapih dan kain tenun songket bisa lebih mudah di jumpai oleh masyarakat umum.



B.     Latar Belakang, Visi Misi, Struktur, Produk dan Analisis Bank BRI Syari’ah Denpasar
1.      Latar Belakang
PT Bank Rakyat Indonesia adalah salah satu bank milik pemerintah yang terbesar diIndonesia. Pada awalnya Bank Rakyat Indonesia (BRI) didirikan di PurwokertoJawa Tengah oleh, Raden Bei Aria Wirjaatmadja dengan nama De Poerwokertosche Hulp en Spaarbank der Inlandsche Hoofden atau "Bank Bantuan dan Simpanan Milik Kaum Priyayi Purwokerto", suatu lembaga keuangan yang melayani orang-orang berkebangsaan Indonesia (pribumi). Lembaga tersebut berdiri tanggal 16 Desember 1895, yang kemudian dijadikan sebagai hari kelahiran BRI.
Pada periode setelah kemerdekaan RI, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 1946 Pasal 1 disebutkan bahwa BRI adalah sebagai Bank Pemerintah pertama di Republik Indonesia. Dalam masa perang mempertahankan kemerdekaan pada tahun 1948, kegiatan BRI sempat terhenti untuk sementara waktu dan baru mulai aktif kembali setelah perjanjian Renville pada tahun 1949 dengan berubah nama menjadi Bank Rakyat Indonesia Serikat. Pada waktu itu melalui PERPU No. 41 tahun 1960 dibentuklah Bank Koperasi Tani dan Nelayan (BKTN) yang merupakan peleburan dari BRI, Bank Tani Nelayan dan Nederlandsche Maatschappij (NHM). Kemudian berdasarkan Penetapan Presiden (Penpres) No. 9 tahun 1965, BKTN diintegrasikan ke dalam Bank Indonesia dengan nama Bank Indonesia Urusan Koperasi Tani dan Nelayan.
Berdasarkan Undang-Undang No. 14 tahun 1967 tentang Undang-undang Pokok Perbankan dan Undang-undang No. 13 tahun 1968 tentang Undang-undang Bank Sentral, yang intinya mengembalikan fungsi Bank Indonesia sebagai Bank Sentral dan Bank Negara Indonesia Unit II Bidang Rular dan Ekspor Impor dipisahkan masing-masing menjadi dua Bank yaitu Bank Rakyat Indonesia dan Bank Ekspor Impor Indonesia. Selanjutnya berdasarkan Undang-undang No. 21 tahun 1968 menetapkan kembali tugas-tugas pokok BRI sebagai bank umum.
Pada 1 Agustus 1992 berdasarkan Undang-Undang Perbankan No. 7 tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah RI No. 21 tahun 1992 status BRI berubah menjadi perseroan terbatas. Kepemilikan BRI saat itu masih 100% di tangan Pemerintah Republik Indonesia. Pada tahun 2003, Pemerintah Indonesia memutuskan untuk menjual 30% saham bank ini, sehingga menjadi perusahaan publik dengan nama resmi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., yang masih digunakan sampai dengan saat ini.
Sampai sekarang Bank Rakyat Indonesia (Persero) yang didirikan sejak tahun 1895 tetap konsisten memfokuskan pada pelayanan kepada masyarakat kecil, diantaranya dengan memberikan fasilitas kredit kepada golongan pengusaha kecil. Seiring dengan perkembangan dunia perbankan yang semakin pesat maka sampai saat ini Bank Rakyat Indonesia mempunyai unit kerja yang berjumlah 4.447 buah, yang terdiri dari 1 Kantor Pusat BRI, 12 Kantor Wilayah, 12 Kantor Inspeksi /SPI, 170 Kantor Cabang (dalam negeri), 145 Kantor Cabang Pembantu, 1 Kantor Cabang Khusus, 1 New York Agency, 1 Caymand Island Agency, 1 Kantor Perwakilan Hongkong, 40 Kantor Kas Bayar, 6 Kantor Mobil Bank, 193 P.POINT, 3.705 BRI UNIT dan 357 Pos Pelayanan Desa. Pada 19 Januari 2013, BRI juga meluncurkan sistem e-Tax, yaitu layanan penerimaan pajak daerah secara online melalui layanan cash management.
2.      Visi Misi Bank Syariah
Visi
Menjadi bank ritel modern terkemuka dengan ragam layanan ­finansial sesuai kebutuhan nasabah dengan jangkauan termudah untuk kehidupan lebih bermakna.
Misi
a.       Memahami keragaman individu dan mengakomodasi beragam kebutuhan fi­nansial nasabah. 
b.       Menyediakan produk dan layanan yang mengedepankan etika sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
c.        Menyediakan akses ternyaman melalui berbagai sarana kapan pun dan dimana pun.
d.       Memungkinkan setiap individu untuk meningkatkan kualitas hidup dan menghadirkan ketenteraman pikiran.
3.      Sejarah BRI Syariah Denpasar
·         Tahun 2002 Dirikan Unit Usaha Syariah PT BRI (Persero Tbk)
·         Tahun 2008 PT BRI Mengakuisi PT Bank Jasa Arta dikonversi Menjadi Bank Syariah BRI
·         Tahun 2009 dilakukan Merger UUS BRI dengan Bank Syariah BRI menjadi Bank BRISyariah
·         Tahun 2014 Bank BRI Syariah telah memiliki lebih dari 200 Unit Kerja baik Kantor Cabang, Kantor Cabang Pembantu, Kantor Kas dan Outlet Mikro

4.      Layanan BRI Syariah Cabang Denpasar
a.       Layanan Simpanan BRI Syari’ah
1)      Tabungan Faedah
2)      Tabungan Bisnis (tabungan untuk non indovidu)
3)      Simpanan Pelajar
4)      Tabungan Haji
5)      Tabungan Impian
6)      Deposito
7)      Giro
b.      Layanan Pembiayaan BRI Syari’ah
1)      Pembiayaan Mikro
2)      Pembiayaan Kontruksi
3)      Pembiayaan Modal kerja
4)      Pembiayaan Investasi
5)      Pembiayaan Koperasi dan BMT
6)      Pembiayaan Konsumer
c.       Layanan E-Channel Brisyariah
1)      Cash Management Sistem
2)      Payroll System
3)      Virtual Account
4)      University Payment System
5)      Mini Banking
6)      Mobile BRIS
7)      Internet Banking
8)      Mesin EDC
5.      Analisis
Perkembangan Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syari’ah di Denpasar berkembang dengan baik, dengan lingkungan yang mayoritas beragama Hindu namun mereka juga ikut serta berpartisivasi dan menggunakan jasa Bank Syari’ah. Berdasarkan data yang diterima dari Pimpinan BRI Syari’ah, nasabah pembiayaan yang beragama Hindu adalah 32%,. Hal ini meunjukan, bahwa masyarakat Denpasar yang non muslim bisa menerima dengan baik bank yang berlatar belakangkan Islam (Syari’ah). Namun yang sangat disayangkan yaitu karyawan BRI Syari’ah Cabang Denpasar tersebut, menerima karyawan yang non musli juga. Jika karyawan BRI Syari’ah itu non muslim itu akan merusak kesyariahannya itu sendiri, walaupun karyawan tersebut mempunyai skill yang bagus dan melaksanakan pekerjaanya dengan baik atau sesuai dengan apa yang dibutuhkan bank.
C.    Latar Belakang Wirausaha Dewata Bali dan Analisisnya
1.      Latar Belakang
Dewata Bali/souvenir dewata, diresmikan pada tanggal 30 maret tahun 2010 di Jl. By Pass Ngurah Rai 53 Tohpati-Sanur-Denpasar-Bali. Dewata bergerak dibidang usaha menjual oleh oleh khas bali dan juga berbagai macam souvenir dan juga berbagai jenis pakaian. Proses Produksi sendiri yang diantaranya Bajukhas Bali sebagai unggulan utama yang bermerekkan “Dewata Bali. Baju khas bali terdiri dari berbagi macam, misalkan baju barong, sarung pantai, baju adat Bali. Untuk acessories/pernak pernik diantaranya ada sandal, gelang, kalung, ikat kepala dll. Makanan yang merupakan salah satu unggulan mereka misal Pie Susu, Brem dan juga Dodol dengan aneka ragam rasa yang sangat menjadi perhatian bagi para ppengunjung atau wisatawan yang berkunjung ke Pusat Oleh-oleh Dewata Bali tersebut.
Data Perusahaan
Dewataa Bali merupakan bidang perusahaan yang menjual souvenir oleh-oleh bali, yang di jalankan  PT. ANGGA CAHAYA DEWATA. Berikut bebera cabang perusahaan yang bergerak dengan bidang yang berbeda:
1)      Angga Collection bergerak dibidang konveksi
2)      Dewata Gym  bergerak di bidang olah raga
3)      Dewata Kaos menjual bahan kaos
4)      Dwix Bordir & sablon Centre bergerak di bidang bordir & sablon
5)      Dewata oleh-oleh Khas Bali menjual souvenir oleh-oleh bali
6)      Penginapan Pondok Wisata dewata bali
2.      Analisis
a.       Kekuatan Perusahaan
Ada beberpa hal yang menjadi kekuatan dalam usaha Dewata Bali yaitu:
1.      Pemilik memiliki pengetahuan yang sangat baik mengenahi berbagai macam kain.
2.      Mengutamakan pelayanan yang sopan dan ramah terhadap pelanggan.
3.      Penggunaan kain dan sablon yang berkualitas tinggi.
4.      Mendidik karyawan dari yang belum berpengalaman dan tidak berpendidikan menjadi tenaga yang terampil.

b.      Kelemahan Perusahaan
Dalam pelaksanaan perkembangan Usaha Dewata Bali ada juga beberapa hal yang menjadikan kelemahan usha tersebut yaitu:
1.      Kurang luasnya lahan parkir saat kondisi ramai.
2.      Strategi pemasaran masih sangat minim.
3.      Tidak dilakukan promosi dan periklanan secara rutin.








BAB V
KESIMPULAN
A.    Kesimpulan
Dari serangkaian pelaksanaan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) yang dimulai dari pembekalan hingga kunjungan ke Pengrajin Tenun Songket Sukarare Lombok, Bank BRI Syari’ah Cabang Denpasar dan Wirausaha Dewata Bali dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut.
1.      Adanya Pembekalan sangat membantu para peserta KKL (Kuliah Kerja Lapangan) untuk mengetahui secara global tempat-tempat yang akan dikunjungi dan penjelasan mngenai teknisnya. Hal ini dimaksudkan sebagai bekal untuk terjun langsung ke lapangan.
2.      Dalam dunia wirausaha ataupun bisnis perlu adanya keuletan, kesabaran dan keyakinan penuh, agar apa yang diharapkan dapat tercapai.
3.      Bank Syari’ah merupan bank yang rahmatan lil alamin, jadi siapa saja berhak menggunakan jasa tersebut.
4.      Bank Syari’ah tidak membeda-bedakan agama atau keyakinan dalam memilih suatu karyawan.

B.     Saran
Beberapa saran penulis sampaikan yang mungkin akan berguna bagi pelaksanaan KKL mendatang:
                           1.          Persiapan dan informasi KKL harus dipersiapkan dengan matang, agar tidak terjadi miss komunikasi seperti KKL kali ini, tempat kunjungan juga direncanakan dari awal sehingga dapat tersusun jadwal kunjungan yang teratur, sehingga wktu untuk berkunjung tidak terlalu sebentar dan tidak terburu-buru.
                           2.          Pemberian perhatian pada peserta KKL juga perlu dilakukan, agar peserta benar-benar terarahkan dan konsen pada kegiatan KKL. Selain itu motivasi dan komunikasi juga perlu dijaga agar selama pelaksanaan KKL tercipta suasana yang kondusif.
C.    Penutup
Syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT. penulis ucapkan sebagai ungkapan rasa syukur karena telah menyelesaikan Laporan Kulaih Kerja Lapangan ini. Meskipun telah berupaya dengan optimal, namun penulis juga sangat menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih banyak sekali kekurangan dan kesalahan dari berbagai segi. Oleh karena itu, kami akan selalu membuka kritik dan saran yang bersifat konstruktif untuk kesempurnaan laporan ini. Atas perhatiannya, kami ucapkan terima kasih.

























DAFTAR PUSTAKA
File BRI Syari’ah Cabang Denpasar.
Informasi Pemandu Wisata
Laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) D3 Perbankan Syari’ah tahun 2014.
http://www.brisyariah.co.id/?q=visi-misi. Diakses hari Minggu, 1 November 2015 pukul 10.40.
https://dedycyber.wordpress.com/2012/05/13/tujuan-bank-syariah. Diakses hari Jum’at tanggal 30 Oktober 2015 pukul 22.14.
https://id.wikipedia.org/wiki/Bank_Rakyat_Indonesia. Diakses hari Minggu,1 Nopember pukul 22.30.

0 komentar:

Post a Comment