LAPORAN KERAJINAN TANGAN TENUN SONGKET SUKARARE, BANK BRI SYARIAH CABANG DENPASAR, OBYEK WIRAUSAHA DEWATA BALI
KULIAH KERJA
LAPANGAN (KKL)
JURUSAN D3
PERBANKAN SYARI’AH
TAHUN AKADEMIK
2015/2016
Disusun Oleh:
Nama :
Tatang Turhamun
NIM :
1405015198
Pembimbing:
Nama :
H. Dede Rodin, M. Ag.
NIP : 19720416200112100
FAKULTAS
EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS
ISLAM NEGRI WALISONGO
SEMARANG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Eksistensi lembaga UIN Walisongo di tengah-tengah masyarakat mempunyai posisi yang cukup
strategis dalam rangka ikut membangun masyarakat, terutama dalam masalah moral
dan keagamaan. Kiprah UIN Walisongo secara kelembagaan dalam
sejarah diwujudkan dengan cara partisipasi aktif dalam segala aktifitas dan
sendi kehidupan. Para alumni yang merupakan out put dari lembaga ini
tersebar di departemen-departemen dan lembaga-lembaga pemerintah maupun non
pemerintah. Sudah barang tentu dalam menjalankan fungsinya, mereka tidak akan
lepas dari misi dan latar belakang keilmuan yang dimiliki.
Pendidikan adalah usaha untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampila yang diperlukan dirinya dan
masyarakat. Dalam undang-undang pendidikan nasional dijelaskan bahwa pendidikan
yang di selenggarakan di Indonesia memiliki tujuan untuk mencerdaskan bangsa
dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya.
UIN Walisongo merupakan perguruan tinggi yang berlandaskan ajaran
Islam dan mempunyai tugas penting untuk mendidik mencetak generasi yang
profesional dan sadar betul dengan norma agama. Oleh karenanya fakultas harus
memberika bekal bagi mahasiswa dengan rasa percaya diri agar mampu bersaing
dalam dunia kerja. Salah satu sarana untuk mewujudkan keterampilan dan
pengalaman tersebut adalah dengan dilaksanakannya Kuliah Kerja Lapangan (KKL).
Sebagai gambaran yang jelas mengenai
Kuliah Kerja Lapangan (KKL), telah diatur melalui Surat Keputusan Dekan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Walisongo Semarang dengan
No.IN/12/f.2/PP.00.9/928.1/2001 tanggal 17 September 2001, maka diselenggarakan
praktikum dalam bentuk KKL sebagai penerapan suatu ilmu tertentu baik latihan,
penelitian maupun tugas-tugas lain sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari
pelaksanaan kurikulum Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam.
B.
Tujuan dan
Manfaat KKL
Tujuan secara umum adalah Kuliah
Kerja Lapangan ini diharapkan dapat memperluas wawasan mahasiswa dan memberikan
pengalaman nyata kepada Mahasiswa serta memperdalam kembali mengenai ilmu yang
diperoleh secara teori oleh Mahasiswa selama di bangku kuliah. Selain itu KKL
juga diharapkan dapat menjalin koneksi yang lebih erat antara Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Islam UIN Walisongo Semarang dengan instansi yang terkait dalam KKL
terutama sebagai rujukan utama dalam pendalaman ilmu dan kerjasama di bidang lainnya.
Secara spesifik, pelaksanaan KKL setiap jurusan di lingkungan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam dimaksudkan untuk:
1.
Memberikan
gambaran secara langsung tentang praktek oerasional suatu institusi/perusahaan
perbankan.
2.
Memperkaya
wawasan yag berkaitan langsung dengan prodi masing-maing dalam rangka
meningkatkan kemampuan dan keahlian para mahasiswa.
3.
Membeikan
pengetahuan secara langsung tentang sejarah institusi/perusahaan, masalah serta
solusi yang mereka lakukan.
4.
Memberikan
pengalaman kepada mahasiswa praktik pengelolaan kelembagaan sesuai program studi masing-masing yang diikuti.
Fungsi dari KKL seperti di atas
adalah sebagaimana tercantum dalam pola dasar KKL yaitu:
1.
Penerapan yang
terntegrasi antara teori yang diperoleh dibangku kuliah dengan pengalaman
praktis yang didapat di lapangan.
2.
Mengetahui
secara langsung profil perusahaan, fisik bangunan, serta mekanisme kerja
perusahaan baik dari sisi manajemen operasional, SDM, keuangan, dan pemasaran.
3.
Mengembangkan
daya keilmuan mahasiswa di lingkungan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam sesuai
disiplin ilmu yang digeluti di setiap jurusan.
BAB II
LANDASAN
TEORI
A.
Kerajinan Tangan Tenun Songket
Songket adalah
jenis tenunan tradisional di Indonesia, dan disolongkan dalam keluarga tenunan
brokat. Songket ditenun dengan tangan dengan benang emas dan perak. Pada
umumnya dikenakan pada acara-acara resmi. Benang logam metalik yang tertenun
berlatar kain menimbulkan efek kemilau cemerlang.
Kata songket
berasal dari istilaj sungkit dalam
bahasa Melayu dan bahasa Indonesia, yang berarti “mengait” atau “mencungkil”.
Hal ini berkaitan dengan meto pembuatannya, mengaitkan dan mengambil sejumpit
kain tenun dan kemudian menyelipkan benang emas. Istilah menyongket berarti
menenun dengan benang emas dan perak. Songket adalah kain tenun mewah yang
biasanya dikenakan saat kenduri (perayaan/pesta). Kain songket dapat dikenakan
melilit tubuh seperti sarung, disampirkan di bahu, atau sebagai tanjak
(dester), hiasan ikat kepala. Tanjak adalah semacam topi hiasan kepala yang terbuat
dari kain songket yang lazim dipakai oleh sultan dan pangeran serta bangsawan
Kesultanan Melayu. Menurut tradisi kain songket hanya boleh ditenun oleh anak
dara atau gadis remaja, akan tetapi kini kaum lelaki pun turut menenun songket.
Motif
Songket
memiliki motif-motif tradisional yang sudah merupakan ciri khas budaya wilayah
penghasil kerajinan ini. Misalnya motif Saik Kalamai, Buah Palo, Barantai
Putiah, Barantai Merah, Tampuak Manggih, Salapah, Kunang-kunang, Api-api, Cukie
Baserak, Sirangkak, Silala Rabah, dan Simasam adalah khas songket Pandai Sikek,
Minangkabau. Beberapa pemerintah daerah telah mempatenkan motif songket
tradisional.
Dilihat
dari bahan, cara pembuatan, dan harganya; songket semula adalah kain mewah para
bangsawan yang menujukkan kemuliaan derajat dan martabat pemakainya. Akan
tetapi kini songket tidak hanya dimaksudkan untuk golongan masyarakat kaya dan
berada semata, karena harganya yang bervariasi; dari yang biasa dan terbilang
murah, hingga yang eksklusif dengan harga yang sangat mahal.
Sejak
dahulu kala hingga sekarang, songket merupakan pilihan utama untuk busana adat
perkawinan Melayu, Palembang, Minangkabau, Aceh dan Bali. Kain ini sering
diberikan oleh pengantin laki-laki kepada pengantin wanita sebagai salah satu
hantaran persembahan perkawinan. Pada masa kini, busana resmi laki-laki Melayu
pun kerap mengenakan songket sebagai kain yang dililitkan di atas celana
panjang atau menjadi destar, tanjak, atau ikat kepala. Sedangkan untuk kaum
perempuannya songket dililitkan sebagai kain sarung yang dipadu-padankan dengan kebaya atau baju kurung.
Meskipun
berasal dari kerajinan tradisional, industri songket merupakan kerajinan yang
terus hidup dan dinamis. Para pengrajin songket terutama di Palembang kini
berusaha menciptakan motif-motif baru yang lebih modern dan pilihan warna-warna
yang lebih lembut. Hal ini sebagai upaya agar songket senantiasa mengikuti
zaman dan digemari masyarakat. Sebagai
benda seni, songket pun sering dibingkai dan dijadikan penghias ruangan.
Penerapan kain songket secara modern amat beraneka ragam, mulai dari tas
wanita, peci,
bahkan kantung ponsel.
Pusat kerajinan tangan tenun songket di Indonesia, dapat ditemukan di Sumatera, Kalimantan, Bali, Sulawesi, Lombok dan Sumbawa. Di
pulau Sumatera pusat kerajinan songket yang termahsyur dan unggul adalah di
daerah Pandai
Sikek dan Silungkang, Minangkabau, Sumatera Barat, serta di Palembang, Sumatera Selatan. Di
Bali, desa pengrajin tenun songket dapat ditemukan di kabupaten Klungkung,
khususnya di desa Sidemen dan Gelgel. Sementara di Lombok, desa Sukarara di
kecamatan Jonggat, kabupaten Lombok Tengah, juga terkenal akan kerajinan
songketnya.
B.
Pengertian,
Fungsi, dan Tujuan Perbankan Syari’ah
Bank Syari’ah
merupakan bank yang kegiatannya mengacu pada hukum Islam dan dalam kegiatannya
tidak membebankan bunga maupun tidak membayar bunga kepada nasabah. Imbalan
bank syari’ah yang diterima maupun yang dibayarkan pada nasabah tergantung dari
akad dan perjanjian yang dilakukan oleh pihak nasabah dan pihak bank.
Perjanjian (akad) yang terdapat di perbankan syari’ah harus tunduk pada syarat
dan rukun akad sebagi mana diatur dalam syariat Islam.
Fungsi Bank Syari’ah
a.
Fungsi dan peran bank syari’ah yang di
antaranya tercantum dalam pembukaan standar akuntansi yang di keluarkan oleh
AAOIFI (Accounting and Auditing Menejer Investasi, bank syariah dapat mengelola
investasi dana nasabah.
b.
Investor, bank syari’ah Islam
menginvestasikan dana yang dimilikinya maupun dana nasabah yang dipercayakan
kepadanya.
c.
Penyebab jasa keuangan dan lalu lintas
pembayaran, bank syari’ah dapat melakukkan kegiatan-kegiatan jasa-jasa layanan
perbankan sebagaimana lazimnya.
d.
Pelaksanaan kegiatan sosial, sebagai
ciri yang melekat pada entitas keuangan syari’ah bank Islam juga memiliki
kewajiban untuk mengeluarkan dan mengelola (menghimpun, mengadministrasikan,
mendistribusikan) zakat serta dana-dana sosial lainnya.
Tujuan Bank Syari’ah
a.
Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk
bermualamalat secara Islam, khususnya muamalat yang berhubungan dengan
perbankan, agar terhindar dari praktek-praktek riba atau jenis- jenis usaha /
perdagangan lain yang mengandung unsur gharar (tipuan) dimana jenis usaha
tersebut selain di larang dalam Islam, juga telah menimbulkan dampak negatif
terhadap kehidupan ekonomi rakyat.
b.
Untuk menciptakan suatu keadilan di
bidang ekonomi dengan jalan meratakan pendapatan melalui kegiatan investasi,
agar tidak terjadi kesenjangan yang amat besar antara pemilik modal dengan
pihak membutuhkan dana.
c.
Untuk meningkatkan kualitas hidup umat
dengan jalan membuka peluang berusaha yang lebih besar terutama kelompok
miskin, yang di arahkan kepada kegiatan usaha yang produktif, menuju
terciptanya kemandirian usaha.
d.
Untuk menaggulangi masalah kemiskinan,
yang pada umumnya merupakan program utama dari Negara-negara yang sedang
berkembang. Upaya bank syariah di dalam mengentaskan kemiskinan ini berupa
pembinaan nasabah yang lebih menonjol kebersamaannya dari siklus usaha yang
lengkap seperti program pembinaan pengusaha produsen, pembinaan pedagang
perantara, program pembinaan konsumen, program pengembangan moda kerja,
dan program pengembangan usaha bersama.
e.
Untuk menjaga stabilitas ekonomi dan
moneter. Dengan aktivitas bank syariah akan mampu menghindari pemanasan ekonomi
di akibatkan adanaya inflasi, menghindari persaiangan yang tidak sehat antara
lembaga keuangan.
f.
Untuk menyalamatkan ketergantungan umat
Islam terhadap bank non-syariah.
C.
Pengertian, Fungsi dan Tujuan Wirausaha
Wirausaha
adalah orang yang menjalankan usaha atau perusahaan dengan kemungkinan untung
atau rugi. Oleh karena itu wirausaha perlu memiliki kesiapan mental, baik untuk
menghadapai keadaan merugi maupun untung besar. Sehingga seorang wirausaha
harus mempunyai karakteristik khusus yang melekat pada diri seorang wirausaha
seperti percaya diri, mempunyai banyak minat, mempunyai ambisi, berjiwa
penjajah, suka mencoba sesuatu hal.
Fungsi
adanya Wirausaha adalah:
a.
Mengusahakan
inovasi-inovasi baru
b.
Membuka pasaran
baru
c.
Memasuki
usaha-usaha baru yang belum pernah dicoba oleh orang lain
d.
Memulai
produksi jenis barang dan jasa baru.
Tujuan
Kewirausahaan yaitu:
a.
Meningkatkan
jumlah wirausaha yang berkualitas
b.
Mewujudkan
kemampuan dan kemampuan
c.
Membudayakan
semangat, sikap, perilaku, dan kemampuan kewirausahaan di kalangan masyarakat
yang mampu, andal dan unggul.
d.
Menumbuh
kembangkan kesadaran dan orientasi kewirausahaan yang tangguh dan kuat terhadap
masyarakat.
e.
Agar masyarakat
lebih mengenal juga dunia berwirausaha dan bagaimana cara berwirausaha yang
benar.
f.
Memilih juga
wirausaha yang berkualitas
g.
Menjadikan atau
mampu juga untuk mendidik setiap masyarakat agar lebih didiplin, berani
mengambil resiko dan tentunya pasti agar mereka bisa lebih bertanggung jawab.
BAB III
PELAKSANAAN
Pelaksanaan
kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) merupakan kegiatan formal yang bermanfaat
bagi mahasiswa. Dalam pelaksanaannya memiliki tiga kegiatan pokok yang harus
dilaksanakan. Kegiatan pertama dimulai dengan pembekalan KKL berupa pemberian
materi-materi dan pengarahan. Kedua, dilanjutkan dengan kegiatan
pelaksanaan KKL, kegiatan ini dilaksanakan di beberapa tempat, sesuai dengan
fokus studi mahasiswa. Kegiatan terakhir adalah kewajiban penyusunan laporan
KKL sebagai bukti atau hasil yang diperoleh oleh mahasiswa selama mengikuti
kegiatan tersebut.
A.
Pembekalan KKL
Hari,
Tanggal : Jum’at, 16 Oktober 2015
Waktu : 13.00 s/d 16.00
Tempat : Aula I Kampus 1 UIN
Walisongo Semarang
Acara : Pembekalan KKL Mahasiswa
D3 Perbankan Syari’ah
Kegiatan pembekalan KKL semester gasal tahun 2015 dilaksanakan pada hari Jum’at, 16 Oktober 2015. Kegiatan yang dilaksanakan di Auditorium
I kampus 1 UIN Walisongo ini dimulai jam 13:00 WIB dengan jumlah peserta 210 mahasiswa prodi D3 Perbankan Syari’ah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam. Sebanyak 182 mahasiwa melaksanakan KKL di dalam negeri (Bali dan
Lombok) dan 28 di antaranya melaksanakan KKL ke luar negeri.
Pelaksanaan kegiatan pembekalan ini bertujuan untuk memberikan gambaran
dan pengetahuan tambahan kepada peserta KKL,
dengan hsrapan mahasiswa memiliki bekal ketika melaksanakan kegiatan tersebut. Selain
itu, pembekalan juga memberikan informasi tata tertib dan ketentuan yang harus
dilakukan semua peserta KKL. Adapun
beberapa tempat tujuan yang akan di
kunjungi peserta adalah Pengrajin Tenun Songket
Sukarare Lombok, Bank BRI Syariah cabang
Denpasar Bali, dan Wirausaha Dewata Bali.
B.
Pelaksanaan KKL
di Pengrajin Kain Tenun Songket Sukarare
Hari,
Tanggal : Rabu, 21 Oktober 2015
Waktu : 09.00 s/d 10.30
Tempat : Pengrajin Tenun Songket
Sukarare
Acara : Pengenalan pembuiatan kain songket dan juga proses pembuatannya.
Perjalanan dari hotel ke pengrajin kain
songket desa sukarare membutuhkan waktu kurang lebih 45 menit. Kunjungan
pertama dibagi menjadi lima kelompok dan dipandu oleh pemandu wisatanya
masing-masing (gaet). Pemandu Wisata menjelaskan bagaimana pengrajin tenun
songket membuat suatu kain yang membutuhkan waktu yang cukup lama. Selain itu,
Pemandu Wisata menjelaskan satu persatu alat-alat ang digunakan penenun
tersebut dan juga langkah-langkah dalam membuat kain di paparkan gaet dengan
saksam. Warga Desa Sukarare menampun semua hasil tenunannya di suatu Koperasi
yang bernama “Tenun Sukarare Cooverative”.
Bahan baku
yang mereka gunakan adalah benang katun, serat pisang,
serat kayu, sutera,
sutera emas dan benang sutera perak. Sedangkan untuk bahan pewarna yang mereka
gunakan adalah dari bahan pewarna alami. Seperti warna coklat kemerahan dari
pohon mahoni, warna coklat muda dari batang jati, warna coklat tanah dari biji
asam, warna coklat tua dari batang pisang busuk, dan warna ungu dari kulit
manggis dan anggur. Uniknya di Desa tersebut yang dibolehkan untuk menenun hanyalah kaum
perempuan saja. Karena mitosnya, apabila kaum laki-laki yang melakukan
pekerjaan tersebut akan mandul.
C.
Pelaksanaan KKL
di Bank BRI Syari’ah Cabang Denpasar
Hari,
Tanggal : Kamis, 22 Oktober 2015
Waktu : 09.00 s/d 10.30
Tempat : Wirausaha Dewata Bali
Acara : Pengenalan Bank BRI
Syariah Cabang Denpasar Bali dan sejarah berkembangnya Bank Syariah, tanya
jawab, dan penyerahan kenang-kenangan dari UIN Walisongo Semarang.
Narasumber : Moch Machbub Sanjaya
Perjalanan dari Hotel menuju lokasi KKL yang kedua langsung menuju Bank
Syariah Cabang Denpasar Bali. Berhubung tempat Bank Syariah kurang memungkinkan
memuat semua peserta KKL, maka Bank BRI Syariah memutuskan untuk menggunakan
tempat di wirausaha Dewata Bali. Acara dimulai dengan perkenalan dari Moch Machbub Sanjaya selaku
Pimpinan Bank BRI Syari’ah Cabang Denpasar dan di moderatori oleh Drs. H. Wahab
Zaenuri, M.M selaku Wakil Dekan II Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN
Walisongo.
Moch Machbub
Sanjaya mengawali materi dengan
menjelaskan sejarah perkembangan Bank Syariah di Bali, kemudian dilanjutkan
dengan perkembangan BRI Syari’ah, perkembangan jaringan, aset, pembiayaan,
dana, produk-produk, pembiayaan BRI Syari’ah, nasabah tabungan, nasabah
pembiayaan, karyawan, serta tantangan dan peluang Perbankan Syariah di Denpasar
Bali.
Perkembangan Bank BRI Syari’ah di Denpasar Bali mengalami perkembangan
yang sangat pesat. Sejak kelahiranya tahun 1895 hingga
tahun 2014, BRI Syari’ah telah mendirikan empat cabang diantaranya:
·
Tahun
2002 di dirikan Unit Usaha Syariah PT BRI (Persero Tbk)
·
Tahun
2008 PT BRI Mengakuisi PT Bank Jasa Arta dikonversi Menjadi Bank Syariah BRI
·
Tahun
2009 dilakukan Merger UUS BRI dengan Bank Syariah BRI menjadi Bank BRI
Syariah
·
Tahun
2014 Bank BRI Syariah telah memiliki lebih dari 200 Unit Kerja baik Kantor
Cabang, Kantor Cabang Pembantu, Kantor Kas dan Outlet Mikro
D.
Pelaksanaan KKL
di Obyek Wirausaha Dewata Bali
Hari,
Tanggal : Kamis, 22 Oktober 2015
Waktu : 10.30 s/d 12.00
Tempat : Pusat Oleh-oleh Dewata Bali
Acara : Pengenalan perusahaan,
memberikan tips dan kiat-kiat usaha oleh Owner Dewata dan menyaksikan proses
pembuatan Baju, sovenir dan Pie Susu.
Narasumber : Agung Darmayuda
Setelah penyampaian
materi dari Pimpinan Bank BRI Syari’ah selesai, peserta diperkenalkan dengan
pemateri dari yang ke dua yaitu Agung Darmayuda selaku Owner Wirausaha Dewata. Dalam
sesi ini, Agung berbagi pengalaman dan kiat-kiat usahanya kepada peserta KKL.
Materi kali ini di moderatori oleh H. Dede Rodin M. Ag. salah satu Dosen
Pembimbing peserta KKL D3 Perbankan Syari’ah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
UIN Walisongo. Setelah penyampaian materi selama 90 menit, peserta diajak
melihat langsung proses pembuatan Kaos, sovenir dan Pai Susu.
Agung Darmayuda berbagi pengalamannya
dengan peserta KKL, terlahir dari keluarga yang kurang mampu yang mempunyai
kesepakatan untuk memperbaiki hidupnya bersama istrinya. Ia berpikiran
bahwasanya rumah itu bukanlah hanya sebagai tempat menerima tamu saja, tetapi
bisa dimanfaatkan untuk berwirausaha. Dalam dunia wirausaha, untuk membuka link
yang besar tentunya harus mempunyai kepercayaan dan komitmen yang kuat. Hal ini
bertujuan, agar anatara pelaku bisnis bisa saling terus berkesinambungan dan
ada timbal balik untuk tiap perusahaan yang melakukan kerjasama tersebut.
Dewata Bali
menjual souvenir dengan memberikan kenyamanan bagi pengunjung untuk membeli
oleh-oleh dengan memprioritaskan kualitas yang bagus tapi harga murah. Produksi
kaos dari menjual kain, menjahit, menyablon, dan membordir dilakukan sendiri.
Harapan Dewata Bali agar selalu menyenangkan konsumen dengan menjual harga
murah tetapi berkualitas. Harga murah dan terjangkau untuk semua kalangan dan
ingin pengunjung dapat membeli oleh-oleh dengan uang secukupnya serta
mendapatkan barang yang lebih banyak.
BAB IV
ANALISIS
A.
Kerajinan Tangan Tenun Songket Sukarare dan Analisisnya
1.
Latar Belakang
Desa
Sukarare merupakan suatu desa kecil yang menjadi salah satu pusat kerajian
tenun tradisional atau songket yang terletak di Kecamatan Jonggat Kabupaten
Lombok Nusa Tenggara Barat. Desa sukarara banyak dikunjungi wisatawan dari
berbagai negara dan menjadi tempat jual-beli atau oleh-oleh bagi wisatawan yang
berkunjung ke desa tersebut. Lokasi Desa Sukarare ini sekitar 25 Km dari kota
Mataram atau sekitar 30 menit perjalanan. Penduduk perempuan yang ada di Desa
Sukarare, mayoritas bekerja sebagai penenun songket. Untuk menjaga dan
melestarikan budaya dan tenun tradisional yang diwarisi nenek moyang mereka,
para perempuan di Desa Sukarare ini diwajibkan untuk belajar menenun
bahkan sejak masih usia anak-anak. Para orang tua mereka mewariskannya dan
mengajarkanyya kepada anak-anak kurang lebih mulai umur 9 tahun atau sedang
menginjak bangku perkuliahan kelas 3 SD.
Sukarare ini
memiliki ciri khas tersendiri dengan motif yang berbeda dengan kain-kain tenun
lainnya yang ada di Indonesia. Tangan-tagan perempuan yang sangat terampil dan
menghasilkan hasil karya kain tenun yang bagus dan artistik yang memiliki
desain ekslusif. Dengan ciri khas khusus dan desain tradisional yang
menggambarkan gaya hidup kuno pulau Lombok dengan motif rumah adat dan lumbung
serta motif tokek, masih mereka pertahankan hingga saat ini. Walaupun hanya dengan menggunakan alat tenun
tradisional yang sangat sederhana, namun hasil tenun dari Desa Sukarara ini
memiliki kualitas yang baik dan mengagumkan.
Bahan baku
yang mereka gunakan adalah benang katun, serat pisang,
serat kayu, sutera,
sutera emas dan benang sutera perak. Sedangkan untuk bahan pewarna yang mereka gunakan
adalah dari bahan pewarna alami. Seperti warna coklat kemerahan dari pohon
mahoni, warna coklat muda dari batang jati, warna coklat tanah dari biji asam,
warna coklat tua dari batang pisang busuk, dan warna ungu dari kulit manggis
dan anggur.
Dalam
pembuatan kain songket memerlukan waktu yang cukup lama, kurang lebih 3 bulan
waktu pengerjaan dengan mendapatkan 3 cm dengan lebar kurang lebih 1 m per
hari. Tingkat kesulitan motif yang mereka tentukan dalam menenun kain tersebut
menjadi faktor utama yang menjadikan harga kain tersebut memiliki harga yang
lumayan mahal.
Adapun jenis-jenis motif yang biasa dibuat oleh
warga desa sukararere diantaranya adalah:
1.
Subhanale (Subhanallah)
2.
Keker (Merak)
3.
Kecubung
4.
Krital
5.
Cungkit
6.
Petak
7.
Rang-rang
8.
Kedie
9.
Enggok
10. Wayang
2.
Analisis
Pelaksanaan KKL di kerajinan tangan tenun songket sudah bagus dan juga
dilanjutkan kunjungan ke koperasi dimana kain-kain yag dibuat oleh warga desa
sukarare diijual. Kita mengetahui bagaimana cara memproduksi suatu produk
(kain) untuk di jadikan bahan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,
namun yang sangatdisayagkan bagaimana kperasi yang berada di desa suarare
“Sukarare Tenun Cooverative” kurang begitu terstruktur cara pendistribusianya.
Dengan hanya mengandalkan tempat, mereka mengupulkan kain-kain hasil songket
dan menunggu wisatawan dari mancanegara yang membeli di koperasi tersebut.
alangah lebih baiknya jika koperasi tersebut lebih diekemas dan dikembangkan
lagi agar pendistribusian kain tersebut bisa lebih rapih dan kain tenun songket
bisa lebih mudah di jumpai oleh masyarakat umum.
B.
Latar Belakang, Visi Misi, Struktur, Produk dan Analisis Bank BRI
Syari’ah Denpasar
1.
Latar Belakang
PT Bank Rakyat Indonesia adalah salah satu bank milik
pemerintah yang terbesar diIndonesia. Pada awalnya Bank Rakyat Indonesia (BRI) didirikan
di Purwokerto, Jawa Tengah oleh, Raden Bei
Aria Wirjaatmadja dengan nama De Poerwokertosche Hulp en Spaarbank der Inlandsche
Hoofden atau "Bank Bantuan dan Simpanan Milik Kaum Priyayi
Purwokerto", suatu lembaga keuangan yang melayani orang-orang
berkebangsaan Indonesia (pribumi). Lembaga tersebut berdiri tanggal 16 Desember 1895, yang
kemudian dijadikan sebagai hari kelahiran BRI.
Pada periode setelah kemerdekaan RI, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 1
tahun 1946 Pasal 1 disebutkan bahwa BRI adalah sebagai Bank Pemerintah pertama
di Republik Indonesia. Dalam masa perang mempertahankan kemerdekaan pada
tahun 1948, kegiatan BRI sempat terhenti untuk sementara waktu dan baru mulai aktif
kembali setelah perjanjian
Renville pada
tahun 1949 dengan berubah nama menjadi Bank Rakyat Indonesia Serikat. Pada waktu
itu melalui PERPU No. 41 tahun 1960 dibentuklah Bank Koperasi Tani dan Nelayan
(BKTN) yang merupakan peleburan dari BRI, Bank Tani Nelayan dan Nederlandsche
Maatschappij (NHM). Kemudian berdasarkan Penetapan Presiden (Penpres) No. 9
tahun 1965, BKTN diintegrasikan ke dalam Bank Indonesia dengan nama Bank
Indonesia Urusan Koperasi Tani dan Nelayan.
Berdasarkan Undang-Undang No. 14 tahun 1967 tentang Undang-undang Pokok
Perbankan dan Undang-undang No. 13 tahun 1968 tentang Undang-undang Bank
Sentral, yang intinya mengembalikan fungsi Bank Indonesia sebagai Bank Sentral
dan Bank Negara Indonesia Unit II Bidang Rular dan Ekspor Impor dipisahkan
masing-masing menjadi dua Bank yaitu Bank Rakyat Indonesia dan Bank Ekspor
Impor Indonesia. Selanjutnya berdasarkan Undang-undang No. 21 tahun 1968
menetapkan kembali tugas-tugas pokok BRI sebagai bank umum.
Pada 1 Agustus 1992 berdasarkan
Undang-Undang Perbankan No. 7 tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah RI No. 21
tahun 1992 status BRI berubah menjadi perseroan
terbatas.
Kepemilikan BRI saat itu masih 100% di tangan Pemerintah Republik Indonesia.
Pada tahun 2003, Pemerintah Indonesia memutuskan untuk menjual 30% saham bank ini,
sehingga menjadi perusahaan publik dengan nama resmi PT. Bank Rakyat Indonesia
(Persero) Tbk., yang masih digunakan sampai dengan saat ini.
Sampai sekarang Bank Rakyat Indonesia (Persero) yang didirikan sejak tahun
1895 tetap konsisten memfokuskan pada pelayanan kepada masyarakat kecil,
diantaranya dengan memberikan fasilitas kredit kepada golongan pengusaha kecil.
Seiring dengan perkembangan dunia perbankan yang semakin pesat maka sampai saat
ini Bank Rakyat Indonesia mempunyai unit kerja yang berjumlah 4.447 buah, yang
terdiri dari 1 Kantor Pusat BRI, 12 Kantor Wilayah, 12 Kantor Inspeksi /SPI,
170 Kantor Cabang (dalam negeri), 145 Kantor Cabang Pembantu, 1 Kantor Cabang
Khusus, 1 New York Agency, 1 Caymand Island Agency, 1 Kantor Perwakilan
Hongkong, 40 Kantor Kas Bayar, 6 Kantor Mobil Bank, 193 P.POINT, 3.705 BRI UNIT
dan 357 Pos Pelayanan Desa. Pada 19 Januari 2013, BRI juga meluncurkan sistem
e-Tax, yaitu layanan penerimaan pajak daerah secara online melalui layanan cash
management.
2. Visi Misi Bank Syariah
Visi
Menjadi bank ritel modern terkemuka dengan ragam
layanan finansial sesuai kebutuhan nasabah dengan jangkauan termudah untuk
kehidupan lebih bermakna.
Misi
a.
Memahami keragaman individu dan mengakomodasi beragam kebutuhan finansial
nasabah.
b.
Menyediakan produk dan layanan yang mengedepankan etika sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah.
c.
Menyediakan akses ternyaman melalui berbagai sarana kapan pun dan dimana pun.
d.
Memungkinkan setiap individu untuk meningkatkan kualitas hidup dan
menghadirkan ketenteraman pikiran.
3.
Sejarah BRI Syariah Denpasar
·
Tahun
2002 Dirikan Unit Usaha Syariah PT BRI (Persero Tbk)
·
Tahun
2008 PT BRI Mengakuisi PT Bank Jasa Arta dikonversi Menjadi Bank Syariah BRI
·
Tahun
2009 dilakukan Merger UUS BRI dengan Bank Syariah BRI menjadi Bank BRISyariah
·
Tahun
2014 Bank BRI Syariah telah memiliki lebih dari 200 Unit Kerja baik Kantor
Cabang, Kantor Cabang Pembantu, Kantor Kas dan Outlet Mikro
4. Layanan BRI Syariah Cabang Denpasar
a. Layanan Simpanan BRI Syari’ah
1) Tabungan Faedah
2) Tabungan Bisnis (tabungan untuk non indovidu)
3) Simpanan Pelajar
5) Tabungan Impian
6) Deposito
7) Giro
b. Layanan Pembiayaan BRI Syari’ah
1) Pembiayaan Mikro
2) Pembiayaan Kontruksi
3) Pembiayaan Modal kerja
4) Pembiayaan Investasi
5) Pembiayaan Koperasi dan BMT
6) Pembiayaan Konsumer
c. Layanan E-Channel Brisyariah
1) Cash Management Sistem
2) Payroll System
3) Virtual Account
4) University Payment System
5) Mini Banking
7) Internet Banking
8) Mesin EDC
5. Analisis
Perkembangan Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syari’ah di Denpasar berkembang
dengan baik, dengan lingkungan yang mayoritas beragama Hindu namun mereka juga
ikut serta berpartisivasi dan menggunakan jasa Bank Syari’ah. Berdasarkan data
yang diterima dari Pimpinan BRI Syari’ah, nasabah pembiayaan yang beragama
Hindu adalah 32%,. Hal ini meunjukan, bahwa masyarakat Denpasar yang non muslim
bisa menerima dengan baik bank yang berlatar belakangkan Islam (Syari’ah).
Namun yang sangat disayangkan yaitu karyawan BRI Syari’ah Cabang Denpasar
tersebut, menerima karyawan yang non musli juga. Jika karyawan BRI Syari’ah itu
non muslim itu akan merusak kesyariahannya itu sendiri, walaupun karyawan
tersebut mempunyai skill yang bagus dan melaksanakan pekerjaanya dengan baik
atau sesuai dengan apa yang dibutuhkan bank.
C.
Latar Belakang Wirausaha Dewata Bali dan Analisisnya
1.
Latar Belakang
Dewata Bali/souvenir dewata,
diresmikan pada tanggal 30 maret tahun 2010 di Jl. By Pass Ngurah Rai 53
Tohpati-Sanur-Denpasar-Bali. Dewata bergerak dibidang usaha menjual oleh oleh
khas bali dan juga berbagai macam souvenir dan juga berbagai jenis pakaian.
Proses Produksi sendiri yang diantaranya Bajukhas Bali sebagai unggulan utama
yang bermerekkan “Dewata Bali. Baju khas bali terdiri dari berbagi macam,
misalkan baju barong, sarung pantai, baju adat Bali. Untuk acessories/pernak pernik
diantaranya ada sandal, gelang, kalung, ikat kepala dll. Makanan yang merupakan
salah satu unggulan mereka misal Pie Susu, Brem dan juga Dodol dengan aneka
ragam rasa yang sangat menjadi perhatian bagi para ppengunjung atau wisatawan
yang berkunjung ke Pusat Oleh-oleh Dewata Bali tersebut.
Data Perusahaan
Dewataa Bali merupakan bidang
perusahaan yang menjual souvenir oleh-oleh bali, yang di jalankan PT. ANGGA CAHAYA DEWATA. Berikut bebera
cabang perusahaan yang bergerak dengan bidang yang berbeda:
1)
Angga
Collection bergerak dibidang konveksi
2)
Dewata
Gym bergerak di bidang olah raga
3)
Dewata Kaos
menjual bahan kaos
4)
Dwix Bordir
& sablon Centre bergerak di bidang bordir & sablon
5)
Dewata
oleh-oleh Khas Bali menjual souvenir oleh-oleh bali
6)
Penginapan
Pondok Wisata dewata bali
2.
Analisis
a.
Kekuatan
Perusahaan
Ada beberpa hal yang menjadi
kekuatan dalam usaha Dewata Bali yaitu:
1.
Pemilik
memiliki pengetahuan yang sangat baik mengenahi berbagai macam kain.
2.
Mengutamakan
pelayanan yang sopan dan ramah terhadap pelanggan.
3.
Penggunaan kain
dan sablon yang berkualitas tinggi.
4.
Mendidik
karyawan dari yang belum berpengalaman dan tidak berpendidikan menjadi tenaga
yang terampil.
b.
Kelemahan
Perusahaan
Dalam pelaksanaan perkembangan Usaha
Dewata Bali ada juga beberapa hal yang menjadikan kelemahan usha tersebut
yaitu:
1.
Kurang luasnya
lahan parkir saat kondisi ramai.
2.
Strategi
pemasaran masih sangat minim.
3.
Tidak dilakukan
promosi dan periklanan secara rutin.
BAB V
KESIMPULAN
A.
Kesimpulan
Dari
serangkaian pelaksanaan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) yang dimulai dari
pembekalan hingga kunjungan ke Pengrajin Tenun Songket Sukarare Lombok, Bank
BRI Syari’ah Cabang Denpasar dan Wirausaha Dewata Bali dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut.
1.
Adanya
Pembekalan sangat membantu para peserta KKL (Kuliah Kerja Lapangan) untuk
mengetahui secara global tempat-tempat yang akan dikunjungi dan penjelasan
mngenai teknisnya. Hal ini dimaksudkan sebagai bekal untuk terjun langsung ke
lapangan.
2.
Dalam dunia
wirausaha ataupun bisnis perlu adanya keuletan, kesabaran dan keyakinan penuh,
agar apa yang diharapkan dapat tercapai.
3.
Bank Syari’ah
merupan bank yang rahmatan lil alamin,
jadi siapa saja berhak menggunakan jasa tersebut.
4.
Bank Syari’ah
tidak membeda-bedakan agama atau keyakinan dalam memilih suatu karyawan.
B.
Saran
Beberapa saran penulis sampaikan yang mungkin akan berguna bagi pelaksanaan
KKL mendatang:
1.
Persiapan dan informasi KKL harus dipersiapkan dengan
matang, agar tidak terjadi miss komunikasi seperti KKL kali ini, tempat
kunjungan juga direncanakan dari awal sehingga dapat tersusun jadwal kunjungan
yang teratur, sehingga wktu untuk berkunjung
tidak terlalu sebentar dan tidak terburu-buru.
2.
Pemberian perhatian pada peserta KKL juga perlu
dilakukan, agar peserta benar-benar terarahkan dan konsen pada kegiatan KKL.
Selain itu motivasi dan komunikasi juga perlu dijaga agar selama pelaksanaan
KKL tercipta suasana yang kondusif.
C.
Penutup
Syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT. penulis ucapkan sebagai ungkapan
rasa syukur karena telah menyelesaikan Laporan Kulaih Kerja Lapangan ini.
Meskipun telah berupaya dengan optimal, namun penulis juga sangat menyadari
bahwa dalam pembuatan laporan ini masih banyak sekali kekurangan dan kesalahan
dari berbagai segi. Oleh karena itu, kami akan selalu membuka kritik dan saran
yang bersifat konstruktif untuk kesempurnaan laporan ini. Atas perhatiannya,
kami ucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
File BRI Syari’ah Cabang Denpasar.
Informasi Pemandu Wisata
Laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) D3
Perbankan Syari’ah tahun 2014.
http://www.brisyariah.co.id/?q=visi-misi.
Diakses hari Minggu, 1 November 2015 pukul 10.40.
https://dedycyber.wordpress.com/2012/05/13/tujuan-bank-syariah.
Diakses hari Jum’at tanggal 30 Oktober 2015 pukul 22.14.
https://id.wikipedia.org/wiki/Bank_Rakyat_Indonesia.
Diakses hari Minggu,1 Nopember pukul 22.30.
0 komentar:
Post a Comment