MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Auditing Bank Syari'ah
Mata Kuliah: Auditing Bank Syari'ah
Dosen Pengampu: Arif Efendi
Oleh:TatangTurhamun (1405015198)
Oleh:TatangTurhamun (1405015198)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2015
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Jenis-jenis Pengujian dalam Auditing
Terdapat lima jenis pengujian dasar
yang digunakan dalam menentukan apakah laporan keuangan telah disajikan secara
wajar. Jenis pengujian tersebut adalah sebagi berikut:
1.
Prosedur
untuk memperoleh pemahaman atas pengendalian intern
Tahap audit ini auditor harus memusatkan
perhatian pada design dan operasional aspek-aspek struktur pengendalan intern.
Pengetahuan yang diperoleh adalah seluas yang diperlukan agar dapat merencanakan
audit dengan efektif.
Metodologi maupun prosedur yang
digunakan dalam rangka memperoleh pemahaman atas pengendalian intern telah
dibahas dalam bab sebelumnya. Prosedur
audit yang berhubungan dengan pemahaman auditor atas struktur pengendalian
intern adalah:
a.
Pengendalian auditor pada
periode sebelumnya terhadap satuan usaha
b.
Tanya
jawab dengan pegawai perusahaan
c.
Pemeriksaan
pedoman kebijakandalian pada tingn dan sistem
d.
Pemeriksaan
atas dokumen dan catatan
e.
Pengamatan
aaktifitas dan operasi satuan usaha.
2.
Pengujian
atas pengendalian (Test of Control)
Meliputi prosedur-prosedur audit yang
dirancang untuk menentukan aktivitas kebijakan dan prosedur pengendalian yang
diterapkan pada perusahaan klien. Pengujian atas pengendalian dilakukan terhadap
kebijakan dn prosedur pengendalian yang diharapkan dapat mencegah autau
mendeteksi salah saji material dalam laporan keuangan. Pemahaman struktur
pengendalian intern yang diperoleh auditor digunakan dalam penetapan sisiko
atas pengendalian. Jika diyakini bahwa kebijakan dan prosedur pengendalian itu
dirancang dengan efektif, kemudian dijalankan dengan efisien maka auditor dapat
menetapkan risiko pengendalian pada tingkat yang mencerminkan evaluasi
tersebut, dapat pada tingkat rendah, sedang atau tinggi, yang didukung oleh
bahan bukti yang diperoleh.
Bila risiko pengendalian (control risk)
ditrntukan dibaawah maksimum, auditor harus melakukan pengujian atas
pengendalian (test of control) untuk memperoleh bukti yang mendukung risiko
pengendalian tersebut. Prosedur untuk
memperoleh bahan bukti tersebut adalah pengujian atas pengendalian (test
of control). Pengujian dan pengendalian (Test of control) memfokuskan pada
pertanyaan-pertanyaan:
·
Bagaimana
penerapan kebijakan prosedur pengendalian klien ?
·
Apakah kebijakan dan
prosedur diterapkan secara konsisten?
·
Oleh
siapa kebijakan dan prosedur diterapkan secara konsisten?
Dengan pengujian atas pengendalian (Test
of control) tujuan akan menjadi lebih khusus dan akan lebih ekstensif. Dua
jenis bahan bukti yaitu tanya jawab dan pengendalian intern, pengujian atas
pengendalian akan meneruskan prosedur audit yang telah ada dalam pemahaman
pengendalian intern., atau sebagai tindak lanjut dar i prosedur audit atas
pemahaman pengendalian intern.
Sifat Pengujian
Pengujian atas pengendalian diarahkan kepada
efektivitas design dan operasi pengendalian entitas, yang mencakup jenis bahan
bukti:
a.
Tanya
jawab dengan pegawai (Inquiring)
Pertanyaan yang
diajukan pada karyawan dilakukan berkaitan dengan evaluasi atas kinerja tugas.
Auditor dapat menentukan pengendalian akses atas aktiva, dokumen, dan catatan
akuntansi klien melalui pengajuan pertanyaan pada karyawan.
b.
Pemeriksaan
dokumen dan catatan (Inspecting)
Pengendalian
yang meninggalkan jejak bukti dapat dilakukan prosedur audit melalui inspeksi
oleh audit. Auditor melakukan inspeksi
terhadap dokumen, catatan, dan laporan untuk memastikan bahwa dokumen, catatan,
dan laporan tersebut lengkap, dibandingkan dengan dokumen lain secara tepat.,
dan diotorisasi sebagaimana mestinya.
c.
Pengamatan
aktivitas yang berhubungan dengan pengendalian (Observing)
Observasi dapat
dilakukan auditor terutama pada pengendalian
yang tidak menghasilkan jejak bukti. Contohnya adalah pemisahan tugas
yang membutuhkan beberapa orang tertentu untuk melaksanakan suatu tugas.
d.
Pelaksanaan
ulang oleh auditor terhadap prosedur (Reperforming)
Beberapa
kegiatan pengendalian yang meninggalkan jejak bukti berupa dokumen, catatan,
dan laporan tetapi isinya kurang mencukupi dalam menilai kegiatan pengendalian
tersebut dapat dilakukan reperforming.
Prosedur reperforming cenderung merupakan pengujian untuk menilai akurasi
mekanis kegiatan pengendalian.
3.
Pengajuan
substantive atas transaksi (substantive test)
Pengujian substantive meliputi
prosedur-prosedur audit yang dirancang untuk mendeteksi monetary errors atau salah saji yang secara langsung berpengaruh
terhadap kewajaran saldo-saldo laporan keuangan.
Jenis pengujian substantive:
a.
Pengujian
atas transaksi
b.
Prosedur
analitis
c.
Pengujian
terinci atas saldo
Pengujian atas transaksi
Pengujian atas transaksi (substantive
test of transaction) meliputi prosedur-prosedur audit untuk menguji kecermatan
pencatatan transaksi. Tujuan
dilakukanyya pengujian atas transaksi adalah untuk menentukan apakah transaksi
akuntansi klien telah otorisasi dengan pantas, dicatat, dan diikhtisarkan dalam
jurnal dengan benar dan diposting ke buku besar dan buku pembantu dengan benar.
Untuk menentukan apakah semua transaksi
telah memenuhi tujuan audit untuk transaksi:
-Ekistence
- Completeness
- Accuracy
- Classification
- Timing
- Posting and summarizing
Jika auditor percaya bahwa transaksi
percaya bahwa transaksi dicatat dengan benar dalam jurnal dan diposting dengan
benar, maka auditor akan percaya bahwa total buku besar adalah benar.
Pengujian detail transaksi ini dilakukan
untuk menentukan
a.
Ketetapan
otorisasi transaksi akuntansi
b.
Kebenaran
pencatatan dan peringkasan transaksi dalam jurnal
c.
Kebenaran
pelaksanaan posting atas transaksi dalam buku besar dan buku pembantu.
Metodologi Perancangan Program Audit
untuk Pengujian Atas Transaksi. Program
audit pengujian atas transaksi, biasanya mencakup:
-
Bagian
penjelasan yang mendokumentasikan pemahaman yang diperoleh mengenai struktur
pengendalian intern.
-
Gambaran
prosedur yang dilaksanakan untuk memperoleh pemahaman atas struktur
pengendalian intern
-
Rencana
tingkat risiko pengendalian yang ditetapkan
Baik prosedur yang dijalankan
maupun risiko pengendalian yang direncanakan akan mempengaruhi program audit
pengujian atas pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi:
a.
Melaksanakan
prosedur untuk memahami struktur pengendalian intern
b.
Menetapkan
risiko pengendalian
c.
Mengevaluasi
biaya dan manfaat dari pengujian substantif atas transaksi untuk memenuhi
tujuan audit berkait transaksi.
-
Prosedur
audit
-
Besar
sampel
-
Pos/unsur
yang dipilih
-
Saat
pelaksanaan
Prosedur audit pengujian atas
transaksi akan mencakup baik pengujian atas pengendalian maupun pengujian
substantive atas transaksi dan bercariasi tergantung kepada rencana risiko pengendalian
yang ditetapkan.
Jika pengendalian efektif dan
risiko pengndalian yang idrencanakn rendah, penekanan akan banyak diberikan
kepada pengujian atas pengendalian. Beberapa pengujian substantif atas
transaksi juga akan ditekankan.
Jika risiko pengendalian ditetapkan
1, maka hanya pengujian substantive atas transaksi yang akan digunakan.
Prosedur yang juga dilakukan dalam memperoleh pemahaman pengendalian intern
akan mempengaruhi pengujian atas pengendalian dan pengujian substantive atas
transaksi.
Prosedur Audit yang dilakukan dalam pengujian detail
transaksi:
-
Tracing: pilih satu
sampel sales invoice dan telusur ke
sales journal.
-
Vouching: pilih
satu sampel transaksi yang dicatat dalam sales
journal dan telusur ke sales invoice.
-
Reperforming: periksa
kecermatan perkalian dan penjumlahan pada sales
invoices.
-
Inquiring:
tanyakan kepada klien apakah ada transaksi-transaksi related parties.
Pada pengujian detail transaksi,
auditor mengarahkan pengujiannya untuk memperoleh temuan mengenai ada tidaknya
kesalahan yang bersifat moneter. Auditor tidak mengarahkan pengujian detail
transaksi untuk memperoleh temuan tentang penyimpangan kebijakan dan prosedur
pengendalian.
Pengujian ini pada umumnya lebih
banyak menyita waktu dibanding prosedur analitis, oleh karenanya pengujian ini
lebih banyak membutuhkan biaya daripada prosedur analitis.
4.
Prosedur
analitis
Prosedur analitis telah dibahas pada bab
sebelumnya, mencakup perbandingan jumlah yang dicatat dengan ekspektasi yang
dikembangkan oleh auditor. Prosedur
analitis yang sering dilakukan auditor adalah perhitungan rasio untuk
membandingkan dengan rasio tahun lalu dan data lain yang berhubungan.
Tujuan
penggunaan prosedur analitis:
a.
Memahami
bidang usaha klien
b.
Menetapkan
kemampuan kelangsungan hidup entitas
c.
Indikasi
timbulnya kemungkinan salah saji dalam laporan keuangan
d.
Mengurangi
pengujian audit yang lebih rinci.
Digunakan
dalam phase pengujian:
a.
Sebagai
pelengkap test of details.
b.
Untuk
memperoleh bukti mengenai asersi/tujuan audit tertentu.
Dalam situasi tertentu,
prosedur analitis dipandang cukup efektif dan efisien, terutama untuk akun-akun
yang tidak material dan/atau bila risko deteksi tinggi.
Efektivitas dan efisiensi prosedur
analitis dalam mendeteksi kemungkinan tejadi salah saji material, tergantung
pada faktor:
-
Sifat
asersi
-
Kelayakan
dan kemampuan untuk memprediksi suatu hubungan
-
Tersedianya
dan keandalan data yang digunakan untuk mengembangkan harapan
-
Ketepatan
harapan
Prosedur
analitis dilakukan pada tiga tahap audit yang berbeda;
a.
Tahap
perencanaan untuk membantu auditir menentukan bahan bukti lain yang diperlukan
untuk memenuhi risiko audit yang di inginkan (diisyaratkan)
b.
Selama
pelaksanaan audit bersama-sama dengan pengujian atas transaki dan pengujian
terinci atas saldo (bebaas pilih)
c.
Mendekati
penyelesaian akhir audit sebagai pengujian kelayakan akhir (diisyaratkan)
5.
Pengujian
terinci atas saldo (test of details of
balances)
Pengujian terinci atas saldo memusatkan
pada saldo akhir buku besar baik untuk akun neraca maupun rugi laba, tetapi
penekanan utama adalah pada neraca. Pengujian detail saldo akun yang
direncanakan harus cukup memadai untuk memenuhi setiap tujuan spesifik audit
dengan memuaskan. Metodologo perancangan pengujian detail saldo ini meliputi
tahap-tahap sebagai berikut:
a.
Menetapkan
materialitas dan menetapkan risiko audit yang dapat diterima dan risiko bawaan
suatu akun
Setelah estimasi awal mengenai
materialitas untuk audit secara keseluruhan dan mengalokasikan totalnya ke
saldo akun telah diputuskan oleh auditor, salah saji yang dapat ditoleransi
ditentukan untuk masing-masing saldo yang signifikan. Salah saji yang
ditoleransi makin rendah akan menyebabkan pengujian terinci atas saldo makin
besar.
Risiko audit yang dapat diterima
biasanya diputuskan untuk audit secara keseluruhan, daripada berdasarkan
siklus. Pengecualian adalah kalau auditor yakin bahwa yakni bahwa
salah saji pada perkiraan tertentu seperti piutang lebih berpengaruh negative
terhadap pemakai daripada salah saji yang sama dalam perkitraan lain.
Risiko bawaan ditetapkan dengan
mengidentifikasi semua aspek histories, lingkungan atau operasi klien yang
mengindikasikan kemungkinan besar terjadi salah saji dalam laporan keuangan
tahun berjalan.
b.
Menetapkan
risiko pengendalian untuk suatu siklus akuntansi
Pengendalian
yang efektif akan mengurangi risiko pengendalian dan dengan demikian mengurangi
bahan bukti yang diperlukan untuk pengujian substantif atas transaksi dan
pengujian teinci atas saldo. Pengendalian yang tidak memadai meningkatkan bahan
bukti substantif yang dibutuhkan.
c.
Merancang
pengujian pengendalian, transaksi dan prosedur analitis untuk suatu siklus
akuntansi
Pengujian
dirancang dengan ekdpektasi bahwa hasil tertentu akan diperoleh. Hasil yang
diperkirakan ini akan mempengaruhi rancangan pengujian terinci atas saldo.
d.
Merancang
pengujian detail saldo untuk memenuhi setiap tujuan spesifik audit
Pengujian
terinci atas saldo yang direncanakan meliputi prosedur audit, besar sampel,
pos/unsur yang dipilih dan saat pengujian.
B.
Perancangan Program Audit & Metodologi Pengujian dalam Laporan Keuangan
Program audit dirancang dalam tiga bagian: pengujian
atas transaksi, prosedur analitis, dan pengujian terinci atas saldo.
1.
Pengujian atas transaksi. Prosedur pengujian atas
transaksi akan mencakup baik pengujian atas pengendalian maupun pengujian
substantive atas transaksi dan bervariasi tergantung kepada rencana risiko
pengendalian yang ditetapkan.
2.
Prosedur analitis. Karena relative tidak mahal, banyak
auditor melakukan prosedur analitis yang ekstensif dalam seluruh audit.
3.
Pengujian terinci atas saldo. Metodologi untuk
merancang pengujian terinci atas saldo diorientasikan kepada tujuan audit.
Perancangan prosedur tersebut bersifat subyaktif dan memerlukan pertimbangan
professional.
Metodologi
untuk merancang pengujian terinci atas saldo laporan keuangan piutang usaha
1. Tentukan
materialitas dan tetapkan risiko audit yang dapat diterima dan risiko
bawaanuntuk piutang usaha. Risiko bawaan dapat juga diperluas ke tujuan audit
individual. Misalkan karena
kondisi ekonomi yang buruk dalam industry klien, auditor dapat menyimpulkan bahwa ada risiko yang besar piutang usaha
tidak tertagih.
2. Tetapkan risiko
pengendalian. Metodologi ini dapat diterapkan baik untuk penjualanmaupun
penagihan dalam audit atas piutang usaha.
3. Rancang dan
perkirakan hasil pengujian atas transaksi dan prosedur analitis. Pengujian dirancang dengan ekspektasi bahwa hasil tertentu akan
diperoleh. Hasil yang diperkirakan ini akan mempengaruhi rancangan pengujian terinci atas saldo.
4. Rancang
pengujian terinci atas saldo untuk memenuhi tujuan spesifik audit.
Pengujianterinci ats saldo yang direncanakan meliputi prosedur audit, ukuran
sampel, pos atau unsur yang
dipilih, dan saat pengujian.[1]
C.
Hubungan Tujuan Pengendalian
Intern dengan Tujuan Audit
Tujuan pengendalian intern untuk pengendalian intern
untuk penjualan, penjualan retur dan pengurangan harga, dan penagihan
mempengaruhi tujuan audit piutang usaha. Tujuan keabsahan dalam pengendalian
intern pada penjualan mempengaruhi tujuan keabsahan dalam audit atas piutang
usaha sedangkan tujuan keabsahan dalam pengendalian intern untuk penjualan retur
dan pengurangan harga dan penagihan mempengaruhi tujuan kelengkapan untuk
piutan usaha.
Ikhtisar proses audit
Tahap 1: perencanaan dan perancangan pendekatan audit
Diakhir tahap 1, auditor seharusnya memperoleh rencana
audit yang didefinisikan dengan baik dan program audit yang spesifik untuk
keseluruhan audit. Informasi yang diperoleh selama perencanaan awal, perolehan
informasi mengenai latar belakang dan perolehan informasi mengenai kewajiban
hokum klien digunakan terutama untuk menetapkan risiko bawaan dan risiko audit
yang dapat diterima.
Tahap 2: pengujian atas pengendalian dan transaksi
Tujuan dalam tahap 2 adalah (1) mendapatkan bukti yang
mendukung kebijakan dan prosedur pengendalian spesifik yang berperan terhadap
tingkat risiko pengendalian yang ditetapkan dan (2) untuk memperoleh bahan
bukti yang mendukung kebenaran moneter
transaksi.
Tahap 3: melaksanakan prosedur analitis dan pengujian terinci atas saldo
Tujuan tahap 3 adalah untuk memperoleh bahan bukti
tambahan yang cukup untuk menentukan pakah saldo akhir dan catatan kaki pada
laporan keuangan dinyatakan dengan
wajar.
Ada dua kategori umum prosedur dalam tahap 3: prosedur
analitis dan pengujian ternci atas saldo. Prosedur analitis adalah prosedur
yang digunakan untuk menetapkan kelayakan
menyeluruh transaksi dan saldo. Pengujian terinci ats saldo adalah prosedur
khusus yang
diarahkan untuk menguji kekeliruan moneter dalam saldo laporan keuangan.
Tahap 4: penyelesaian audit
Mengumpulkan bahan bukti tambahan untuk laporan
keuangan, mengikhtisarkan hasilnya, menerbitkan laporan audit dan melakukan
berbagai bentuk komunikasi lain.. Tahap ini terdiri dari:
-
Menelaah kewajiban bersyarat. Kewajiban bersyarat
adlah kewajiban yang potensial yang harus diungkapakan dalam catatan kaki klien
(atau catatan atas laporan keuangan).
-
Menelaah peristiwa kemudian. Dirancang untuk ,
memberikan auditor perhatian atas peristiwa kemudian yang memerlukan pengakuan
pada laporan keuangan.
-
Mengumpulkan bahan bukti akhir. Bahan bukti ini
mencakup pelaksanaan prosedur analitis akhir, evaluasi asumsi kelangsungan
hidup, mendapatkan surat pernyataan klien, dan membaca informasi dalam laporan
tahunan untuk menjamin konsistensi dalam laporan keuangan.
-
Menerbitkan laporan audit. Jenis laporan audit yang
diterbitkan tergantung kepada bahan bukti yang dikumpulkan dan temuan audit.
-
Komunikasi dengan komite audit dan manajemen. SAS
juga menghendaki auditor untuk membicarakan masalah lain tertentu kepada komite
audit atau badan/ lembaga sejenis saat penyelesaian audit atau sesudahnya.[2]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Terdapat lima jenis pengujian dasar yang digunakan dalam menentukan apakah laporan keuangan disajikan secara wajar. Jenis pengujian tersebut adalah sebagi berikut:
Prosedur untuk memperoleh pemahaman atas pengendalian intern
Tahap audit ini auditor harus memusatkan perhatian pada design dan operasional aspek-aspek struktur pengendalan intern. Pengetahuan yang diperoleh adalah seluas yang diperlukan agar dapat merencanakan audit dengan efektif.
Pengujian atas transaksi (substantive test of transaction) meliputi prosedur-prosedur audit untuk menguji kecermatan pencatatan transaksi. Tujuan dilakukanyya pengujian atas transaksi adalah untuk menentukan apakah transaksi akuntansi klien telah otorisasi dengan pantas, dicatat, dan diikhtisarkan dalam jurnal dengan benar dan diposting ke buku besar dan buku pembantu dengan benar.
B. Saran
Demikian
makalah yang dapat kami sampaikan, kami menyadari masih banyak kekurangan dalam
hal penulisan maupun isi makalah. Oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun kami harapkan demi kesempurnaan penulisan makalah selanjutnya yang
lebih baik. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
[2] http://soohendra.blogspot.co.id/2011/02/rencana-audit-dan-program-audit.html.
Diakses pada tanggal 27/05/2016 pukul 19.10.
Zihatpegiyarto
ReplyDeleteTerima kasih atas postingan nya
Zihatpegiyarto@student.ppns.ac.id
Mohon di kunjungi ppns.ac.id
Pegikjalanjalan.wordpress.com